Selasa 26 Sep 2017 16:53 WIB

Pesona Prangko di Era Digital

Rep: Kabul Astuti/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pameran filateli atau pameran perangko. Ilustrasi
Foto: Antara
Pameran filateli atau pameran perangko. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prangko telah menjadi bagian dari arsip sejarah bernilai tinggi. Tidak sekadar bea pengiriman pos tapi penanda perjalanan sejarah bangsa dan jembatan diplomasi antar bangsa. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi, prangko dan filateli masih tetap hidup di semua negara, termasuk Indonesia.

Salah satu yang menandai hal itu adalah gelaran pameran filateli bertema "Perangko dalam Kebhinekaan" di Gedung DPR RI Jakarta, Selasa (26/9). Pameran yang digelar pada 26-29 September 2017 di Lobi Gedung Nusantara DPR RI ini sekaligus memperingati Hari Bakti Postel dan HUT DPR RI ke-72.

"Pameran ini dimaksudkan untuk menengok kembali berbagai peristiwa penting dan bersejarah yang terekam dalam berbagai prangko yang pernah terbit di Republik ini, baik pada masa kolonial maupun sesudah kemerdekaan," kata Ketua Umum Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI) Fadli Zon, Selasa (26/9).

Menurut Fadli, perjalanan sejarah Indonesia sejak masa Hindia Belanda, masa perjuangan kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan, sampai zaman merdeka tercatat dalam benda-benda pos berupa prangko. Prangko menjadi sarana perekam identitas dan jati diri bangsa. Lanjut Fadli, prangko juga bisa menjadi benda investasi. Beberapa prangko langka di dunia harganya mencapai puluhan miliar.

Pameran filateli ini didukung oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika, PT Pos Indonesia, dan Perkumpulan Filateli Indonesia. Ada sekitar 1280 lembar koleksi prangko yang bisa disaksikan di lobi Gedung Nusantara DPR RI. Koleksi ini berasal dari dalam dan luar negeri.

Pembukaan pameran dihadiri oleh beberapa negara sahabat, seperti Duta Besar Iran, Duta Besar Serbia, dan Kedutaan India. Prangko dari masa ke masa ditampilkan, salah satunya Prangko Kebhinekaan Indonesia dan Pemilu Pertama tahun 1955.

Pameran ini juga menjadi sarana edukasi bagi generasi muda. Salah satu filatelis muda yang ikut dalam pameran ini, Satria Azzam Nail (9 tahun) mengungkapkan, tradisi mengoleksi prangko sudah dimulai oleh Sang Kakek yang lahir pada tahun 1938. Keluarganya mempunyai ribuan koleksi prangko yang tersimpan rapi dalam beberapa kotak.

"Saya punya tiga buku di dalamnya prangko semua. Di rumah kakekku, ada empat box dalamnya prangko semua. Dari 80-an ke 90-an," kata Satria. Dalam pameran ini, Satria memamerkan beberapa prangko koleksinya dengan tema Kendaraan Darat, Laut, dan Udara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement