REPUBLIKA.CO.ID, PEMALANG -- Penyanyi kondang campursari, Didik Kempot, menyatakan tidak akan berhenti berkarya membawakan lagu-lagu campursari sebelum napas terakhir berhenti.
"Kami hidup dan mendapatkan penghasilan dari menyanyi sehingga profesi menyanyi akan kami jalani hingga napas terakhir," katanya seusai sebagai pembawa acara "Dialog Nasional Sukses Indonesia Ku" di Balai Gandrung, Pulosari Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, Sabtu (23/9).
Bagi Didik Kempot, karier menyanyikan lagu campursari dijalani saat usia 20 tahun dengan "mengamen" naik dan turun angkutan umum. "Boleh dikatakan saya sempat menjadi kernet bus dengan naik dan turun dari angkutan umum untuk mengamen. Oleh karena, profesi menyanyi akan saya jalani selagi masih mampu bernapas," katanya.
Ia mengatakan, dirinya masuk dapur rekaman saat berusia 23 tahun dengan lagu perdana "Suket Teki" dan "Prau Layar.
Berawal dari karya lagu "Suket Teki" yang sempat meledak di belantika musik Indonesia itu, penyanyi kelahiran 31 Desember 1966 itu telah menciptakan sekitar 700 lagu.
Bahkan dengan kondangnya penyanyi asal Solo, Jawa Tengah, Didik Kempot pernah tinggal di Suriname dan Belanda selama tiga tahun untuk menghibur warga pada dua negara itu. Menurut dia, selama menjalani profesi sebagai penyanyi campursari, dirinya telah mendapatkan tujuh penghargaan pada acara "Penganugerahan Musik Award'.
"Adapun lagu terakhir di pasaran, adalah berjudul 'Kalung Emas'. Hampir semua studio rekaman di Jakarta, seperti Musica Record dan Blakcboard pernah kami singgahi," kata pembawa lagu "Modal Dengkul" itu.