REPUBLIKA.CO.ID, BAKU - Antusiasme masyarakat Azerbaijan dan negara-negara di wilayah Kaukasia terhadap seni budaya dan wisata Indonesia luar biasa besar. Rangkaian Indonesia Cultural Festival (ICF) kedua yang digelar di Baku, selalu dipadati pengunjung.
Produk-produk Indonesia yang dipamerkan di stand-stand promosi dan eksibisi pun tak pernah sepi pengunjung. Termasuk foto-foto beberapa destinasi wisata karya Dissy Ekapramudita yang dipajang di lokasi. Tidak hanya warga Azerbaijan melainkan juga ada warga Turki, Bahrain, Qatar, Pakistan, bahkan Malaysia yang ada di Azerbaijan datang melihat stand.
Mainan tradisional dolanan anak di stand Dana Dyaksa Nusantara (Grup JFK) yang digandeng KBRI meng-handle ICF, menjadi favorit pengunjung Indonesia Cultural Festival (ICF) 2017 hari pertama yang digelar di Gedung Heydar Aliyev Sarayi. Sebelum menikmati pertunjukan seni dan budaya, para pengunjung menyerbu stand yang menyajikan beberapa dolanan anak tradisional ini.
Para pengunjung bergantian memainkan Uli-uli, alat dari bambu yang bisa mengeluarkan suara seperti burung. Mereka juga mencoba memainkan Othok-othok. Sedangkan Caping yang dipamerkan dipakai bergantian untuk berfoto.
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Azerbaijan Albufas Garayef yang berkeliling stand didampingi Dubes Indonesia untuk Azerbaijan Husnan Bey Fananie juga terlihat menikmati pameran produk-produk Indonesia. Beberapa saat berhenti di stand tenun Nusa Tenggara Timur, batik dari butik Batikita maupun stand Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan yang ikut dalam ICF kali ini.
Di stand dolanan anak, Dubes Husnan sempat memainkan Uli-uli hingga mengeluarkan bunyi yang menarik. Spontan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Azerbaijan mengomentari. "Permainan Pak Dubes lebih bagus daripada penjaga stannya," kata Albufas Garayev.
Usai melihat-lihat pameran, para tamu memasuki Gedung Heydar Aliyev Sarayi menikmati pertunjukan musik, pencak silat dan tari-tarian. Ada Dwiki Darmawan and Band yang menggandeng Maestro Kendang Ade Rudyana. Ada Tari Merak Angelo dari Yayasan Belantara Budaya Nusantara, pentas Pencak Silat dari Tim Kemenpora, ada Tari Sanggan Sirih dari Kabupaten Lahat dan penampilan Tari Sobrak, Tari Piring dari remaja Azerbaijan yang belajar bahasa dan budaya Indonesia di Universitas Bahasa Azerbaijan.
Dubes Husnan Bey Fananie dalam sambutannya mengatakan Indonesia Cultural Festival ini menandai 25 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Azerbaijan. "Ini juga bentuk dukungan kami terhadap pengungsi kawasan konflik Nagorno-Karabakh," ujar Husnan disambut tepuk tangan 1.500-an penonton.
ICF yang digelar untuk kali kedua di Baku, Azerbaijan ini menjadi cermin Indonesia Incorporated yang didengungkan Menteri Pariwisata Arief Yahya. Empat kementerian Kabinet Kerja bersama-sama melakukan diplomasi budaya mempromosikan Indonesia.
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) melalui KBRI Baku menyiapkan lokasi dan segala sesuatu untuk ajang Indonesia Cultural Festival (ICF) 2017. Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menghadirikan pelatih dan Tim Pencak Silat yang akan perform di gelaran ICF, Kemendikbud melalui Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya mengirim musisi Dwiki Darmawan dan kelompok musik etnik.
Sedangkan dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar) "diwakili" rombongan Dinas Pariwisata Kabupaten Lahat. Tim dari Kabupaten yang dipimpin Saifudin Aswari Rivai ini membawa 15 penari untuk tampil di dua acara ICF baik yang di Heydar Aliyev Sarayi Palace (9/9) maupun acara Bazar di Bulevar Seaside, Ahad (10/9).
Melihat antusiasme masyarakat di Baku, Azerbaijan ini, tak salah jika Direktur Warisan Dan Diplomasi Budaya Kemendikbud Najamuddin Ramli menegaskan akan membangun Rumah Budaya Indonesia di Azerbaijan.
Banyak kesamaan antara budaya Indonesia dengan Azerbaijan maupun negara-negara di sekitarnya. "Maka Rumah Budaya Indonesia ini akan bisa menjadi sarana diplomasi budaya dan promosi Indonesia yang lebih pas. Kita bisa secara rutin menggelar festival-festival Islam, promosi pariwisata maupun produk-produk unggulan dari Indonesia," tegas Nadjamuddin.
Rumah Budaya Indonesia ini juga bisa menjadi "etalase" Indonesia di kawasan Kaukasia ini.
Ketua Diaspora Indonesia di Azerbaijan Farid Hadiaman sangat mendukung promosi Indonesia sebagaimana gagasan Rumah Budaya Indonesia ini. "Kami siap membantu memberi masukan-masukan jika diperlukan. Kami memandang penting adanya etalase bagi marketing produk-produk Indonesia untuk masyarakat di sini. Dan itu lokasinya harus di tempat publik berkumpul, misalnya di Fountain Square," ujar Alumni ITB yang bekerja di British Petroleum ini.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi konsep rumah budaya Indonesia di Indonesia Cultural Festival (ICF) kedua yang digelar di Baku itu. Memperkenalkan budaya Indonesia yang khas adalah cara promosi yang tepat. Karena 60 persen wisatawan mancanegara (wisman), terutama dari Eropa adalah mereka yang concern di budaya.
Arief Yahya berterima kasih, karena KBRI dan Kemenlu terus mensupport promosi Wonderful Indonesia. Mereka adalah ujung tombak di luar negeri, untuk mengajak wisatawan ke Indonesia. "Terima kasih, sudah Indonesia Incorporated," ungkap Arief Yahya.
sumber : Kemenpar
Advertisement