REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Baca puisi penyair dua negara, Indonesia-Malaysia memeriahkan panggung utama Indonesia Internasional Book Fair (IIBF) di JCC Jakarta. Mereka adalah penyair yang karyanya terkumpul dalam antologi puisi bertajuk Ketika Hitam Dikatakan Putih dan Sajak Tetap Bersuara.
Pada pertunjukan sastra yang berlangsung Kamis (7/9) malam lalu itu penyair asal Madura D Zawawi Imron tampil sangat menarik dengan sajak "Ibu" yang dibawakannya dengan hafalan. Penyair lain, seperti D Kemalawati, Raja Ahmad Aminullah, Soni Farid Maulana, Rukmi Wisnu Wardani, Ratna Ayu Biarti, Bode Riswandi, dan Ahmadun Yosi Herfanda, tampil cukup ekspresif. Sedangkan sajak Acep Zamzam Nor dibacakan oleh putrinya, Rebana.
Pemred portal sastra Litera (www.litera.co.id), Ahmadun YH, membaca puisi tentang penggusuran di Jakarta berjudul "Sepotong Sajak dari Kampung Pulo" yang sebagian baitnya berbunyi:
Tak ada yang tersisa di Kampung Pulo/ selain sepotong sajak tanpa judul tanpa nama/ di bawahnya tertulis tanda, "Jakarta, 20 Agustus 2015"/ hari pertama penggusuran/ dalam tatapan ribuan petugas pamong praja/ dijaga empat kompi polisi dan tentara//
: ada sisa air mata perempuan-perempuan tua/ yang menggumpal jadi luka ibu kota/ ada sisa tangis anak-anak tanpa celana/ yang kehilangan bantaran bermainnya/ ada sisa gerobak pedagang kaki lima/ yang hanyut oleh banjir ke muara/ ada sisa beragam derita/ yang menguap jadi polusi udara.
Pentas baca puisi ini dalam rangka peluncuran buku yang diterbitkan bersama oleh Institut Buku dan Terjemah Malaysia (ITBM) dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia (YPOI). "Antologi tersebut berisi di antaranya sajak-sajak terbaik karya penyair kontemporer Indonesia dan Malaysia," kata Raja Ahmad Aminullah, pemrakarsa acara.
Penyair lain Indonesia yang karyanya masuk antologi puisi tersebut adalah Sofyan Daud. Sedangkan penyair lain Malaysia yang karyanya masuk buku tersebut adalah Siti Zainon Ismail, A Rahim Abdullah, Zakaria Ali, Abdullah Jones, Benz Ali, Nissa' Yusof, dan Mahaya Mohd Yassin.
Acara peluncuran diawali penyerahan buku dan sambutan oleh Pengarah Urusan ITBM Mohd Khair Ngadiron dan Ketua Yayasan Pustaka Obor Indonesia Kartini Nurdin.
Keduanya berharap, buku itu dapat melengkapi gambaran perkembangan perpuisian Indonesia dan Malaysia terkini. "Selain beberapa penyair penting dari dua negara, saya sengaja memilih beberapa penyair di luar mainstream, agar gambaran itu jadi lebih lengkap," jelas Raja Ahmad Aminullah, selaku kurator.
Untuk pemilihan penyair Indonesia, lanjutnya, dibantu oleh Ahmadun YH dan Soni Farid Maulana. "Ahmadun mengajukan cukup banyak nama. Tapi karena kuotanya terbatas, hanya mereka itu yang disertakan," ujarnya.
Menurut Ahmadun, tim penyusun buku ini tidak berambisi untuk menyajikan seluruh perkembangan perpuisian Indonesia dan Malaysia terkini. "Justru karena itu masih terbuka luas peluang bagi siapapun dan lembaga apapun untuk melengkapinya dengan buku-buku antologi puisi lain," katanya.