Jumat 08 Sep 2017 10:30 WIB

Ini Bukti Anak Muda Indonesia Inovatif dan Kreatif

Rep: Desy Susilowati/ Red: Gita Amanda
Anak kreatif/ilustrasi
Foto: drycleaningandbeyond.com
Anak kreatif/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah melalui serangkaian acara, yaitu roadshow ke lima universitas di Indonesia serta babak seleksi, Kino Youth Innovator (KYIA) 2017 sampai kepada puncaknya, yaitu tahapan grand final.

Tahapan seleksi yang dibuka sejak bulan Februari hingga Mei 2017, berhasil mengumpulkan 204 proposal yang berasal dari 35 universitas di seluruh Indonesia. Dari proposal yang terkumpul, diseleksi 10 proposal untuk maju ke babak grand final, dan hasilnya KYIA 2017 ini dimenangkan oleh perwakilan dari Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

“Kami sangat puas akan keseluruhan proposal yang masuk di Kino Youth Innovator Award tahun 2017 ini. Ide- ide yang diajukan sangat berkualitas, inovatif dan out of the box,” ujar Direktur Marketing PT. Kino Indonesia, Tbk, Budi Susanto.

Sebanyak 204 proposal diterima oleh panitia KYIA yang berasal dari 35 universitas di seluruh Indonesia. Adapun proposal inovasi yang masuk terdiri dari: 60 persen produk inovasi di kategori food and beverages, 16 persen produk personal care, 14 persen produk herbal dan pharma, 10 persen kategori house hold dan lain-lain.

Sesuai dengan tema KYIA 2017, yaitu Advancing Indonesia Through Local Heritage, 204 proposal tersebut menggunakan bahan- bahan lokal, seperti misalnya tumbuh-tumbuhanan asli Indonesia. Bahan- bahan lokal tersebut diinovasikan dan diolah menjadi produk siap pakai yang dapat bersaing bahkan dengan produk- produk impor.

“Hal ini jelas menunjukkan dua hal, yaitu Indonesia yang kaya akan bahan alam serta bukti nyata bahwa anak muda Indonesia inovatif serta memiliki daya saing tinggi,” jelas Budi dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (8/9).

Dari 204 proposal tersebut, terpilihlah 10 finalis dari 9 universitas yang masuk ke dalam babak final, yaitu perwakilan dari Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gajah Mada Yogyakarta (2 perwakilan), Universitas Padjajaran Bandung, Universitas Hasanuddin Makasar, Institut Teknologi Bandung, Universitas Lampung, Universitas Brawijaya Malang, dan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Kesepuluh finalis terpilih tersebut kemudian dikarantina dalam Kinovation Camp, sebuah program dimana para finalis akan mengikuti dua rangkaian besar acara yaitu pembekalan inovasi dan final defense challenge.  Kinovation Camp ini diadakan selama tiga hari, yaitu 23 sampai 25 Agustus 2017, di Tretes, Pasuruan.

Pada sesi final defense challenge, finalis harus mempresentasikan dan mempertahankan ide inovasinya di hadapan para juri yang berpengalaman, yaitu Dr. Mamat Rahmat, S.Si, M.Si, yang menguji dari sudut pandang ilmiah atau scientific, Herlina, S.Si, MM, penguji dari sisi product development, serta Benny Kurniawan, S.Kom, MBA yang menguji dari sisi marketing dan kesiapan produk di pasar.

Adapun pada tahapan ini, penilaian juri terdiri dari beberapa aspek yaitu originalitas dengan bobot 20 persen, dimana inovasi yang disampaikan belum ada di pasar atau memiliki diferensiasi yang tinggi dengan produk sejenis di pasaran; efektif dan penyelesaian masalah dengan bobot 35 persen, yaitu bagaimana inovasi dapat memberikan manfaat serta efektif menjadi solusi bagi kebutuhan masyarakat secara luas. feasibility dan sustainability dengan bobot 30 persen adalah bagaimana produk inovasi dapat bertahan dan berkesinambungan serta presentation values dengan bobot 15 persen adalah bagaimana peserta menyampaikan idenya dengan menarik.

“Effectiveness dan problem solving mendapat porsi yang lebih besar, karena di situlah makna inovasi. Inovasi bukanlah hanya sekedar menciptakan hal- hal baru, namun juga bagaimana ia menjawab kebutuhan pasar. Inovasi yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, akan berhasil, namun yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar akan dilupakan,” jelas Budi.

Sedangkan pada sesi pembekalan, para finalis mendapatkan pemaparan mengenai tahapan lanjutan setelah berinovasi. “Karena inovasi bukanlah titik akhir. Selanjutnya, seorang inovator harus mengerti benar bahwa keberhasilannya bergantung pada bagaimana ia dapat menyampaikan ide inovasi tersebut ke pasar, ide strategis menjawab setiap tantangan dan persaingan serta bagaimana agar inovasi tersebut bertahan lama di pasar,” tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement