Jumat 11 Aug 2017 10:57 WIB

Lukisan Senilai 18 Miliar Dipamerkan di Galeri Nasional

Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri melihat salah satu satu koleksi lukisan Istana Kepresidenan pada pameran lukisan bertajuk Senandung Ibu Pertiwi di Galeri Nasional, Jakarta, Kamis (10/8).
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri melihat salah satu satu koleksi lukisan Istana Kepresidenan pada pameran lukisan bertajuk Senandung Ibu Pertiwi di Galeri Nasional, Jakarta, Kamis (10/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Tahukah Anda dua dari tiga lukisan langka karya seniman Rusia, Konstantin Egorovick Makowsky, ada di Indonesia? Salah satunya lukisan Perkawinan Adat Rusia (Pribite Nevesti) yang dihadiahkan dihadiahkan untuk Presiden Sukarno. Penasaran seperti apa lukisannya? Datang saja ke event Pameran Lukisan Koleksi Istana Kepresidenan RI 'Senandung Ibu Pertiwi' di Galeri Nasional, Jakarta 2-30 Agustus 2017.

Lukisan langka dari Rusia ini sangat tua. Saking tuanya usia lukisan ini, panitia menampilkannya dalam bentuk proyeksi LED sesuai ukuran asli. Maklum, usia lukisan sudah lebih dari 125 tahun. Sangat rentan terhadap kerusakan. Sejak dilakukan restorasi pada tahun 2004 lalu, kanvas terpasang sangat kuat pada spandram dan akan sangat riskan jika melepaskannya.

"Usia lukisan Makovsky hampir sama dengan Raden Saleh. Ukuran lukisannya juga sangat besar, 295x450 cm. Akan menyulitkan proses pemindahan karena tidak ada kendaraan dengan volume yang cocok. Ditambah lagi ukuran pintu di Galeri Nasional terlalu kecil bagi lukisan ini," ujar Ketua Kurator Pameran, Asikin Hasan, Kamis (10/8).

Lukisan yang ditaksir bernilai lebih dari Rp 18 miliar ini merupakan hadiah bagi Presiden Sukarno saat melakukan kunjungannya ke Rusia. Awalnya, lukisan ini terpasang di Kremlin sebelum akhirnya dilepaskan dari bingkai dan spandramnya lalu dibawa ke Jakarta dan menghiasi Istana Bogor.

"Semasa hidupnya, Makowsky hanya pernah memproduksi tiga lukisan berukuran besar. Dua di antaranya, Perkawinan Adat Rusia dan Kahyangan yang dihadiahkan kepada Presiden Soekarno. Satu lainnya dihadiahkan kepada Kerajaan Inggris," kata Asikin.

Pengunjung menyaksikan karya lukisan yang ditampilkan pada Pameran Lukisan Koleksi Istana Kepresidenan bertajuk Senandung Ibu Pertiwi di Galeri Nasional, Jakarta, Senin (31/7). Pameran lukisan Senandung Ibu Pertiwi merupakan salah satu kegiatan rangkaian Peringatan Bulan Kemerdekaan HUT ke-72 RI. (antara)

Lukisan yang menggambarkan kemeriahan pernikahan adat Rusia ini terlihat istimewa saat lampu ruang kerja kepresidenan dipadamkan. Ilusi pijaran cahaya akan muncul dari ilustrasi lampu pada lukisan yang merupakan efek 3 dimensi yang dibuat secara cerdas.

Lukisan monumental 'Perkawinan Adat Rusia' jadi satu dari dua karya pelukis terkenal abad ke-19 yang berhasil dikoleksi Sukarno. Lukisan karya Konstantin Egorovick Makovsky yang berada di Istana Bogor adalah hadiah rakyat Rusia melalui pimpinan Uni Republik-republik Sosialis Soviet, Nikita Khrushchev.

Di masanya, Bung Karno memang dikenal sebagai kolektor utama lukisan Tanah Air. Dia dekat dengan seniman-seniman lokal dan juga mancanegara. Termasuk kepada Makovsky yang diberikan secara cuma-cuma kepada Indonesia.

"Bung Karno melobinya dan berhasil, sehingga dia diberikan secara cuma-cuma sebagai hadiah. Ketahuan bagaimana upaya lobi Bung Karno untuk memiliki lukisan tersebut," kata Asikin.

Pada pameran 'Senandung Ibu Pertiwi' ini, akan ditampilkan 48 lukisan dari 41 pelukis yang diciptakan antara abad 19 dan 20 karya pelukis-pelukis ternama seperti Basoeki Abdulla, Raden Saleh, Wakidi, Lee Man Fong, Rudolf Bonet, dan Itji Tarmizi, A.D Pirous, dan Alimin Tamin. Dari 48 lukisan itu, dibagi menjadi beberapa tema kecil, yakni Keragaman Alam (12 lukisan), Dinamika Keseharian (11 lukisan), Tradisi dan Identitas (15 lukisan), dan Mitologi dan Religi (10 lukisan).

Menteri Pariwisata Arief Yahya menambahkan, ke-48 lukisan itu sudah dipajang di Galeri Nasional sejak beberapa hari lalu. Ia cukup takjub dengan nilai asuransi lukisan itu yang mencapai Rp 96 miliar.

"Satu lukisan artinya diasuransikan senilai Rp 2 miliar. Ya berarti 48 lukisan ada Rp 96 miliar, kalau kita bulatkan Rp 100 miliar," ujar Menpar Arief Yahya.

Menpar Arief Yahya mengatakan, 60 persen sektor pariwisata berasal dari budaya dan 30 persen dari alam. Pameran lukisan koleksi Istana Kepresidenan dapat pula menjadi atraksinpariwisata. Menurutnya, pengunjung dapat melihat secara langsung lukisan yang sebelumnya tidak dapat dilihat oleh masyarakat awam.

“Tugasnya Kementerian Pariwisata adalah lebih mempublikasikan dan mempromosikan agar wisatawan datang ke Indonesia, khususnya ke pameran lukisan ini,” ujar Arief.

Selain menghadirkan sejumlah lukisan yang selama ini menghiasi Istana Kepresidenan Jakarta, Bogor, Cipanas, Yogyakarta, dan Bali, pameran ini juga akan diperkaya dengan arsip dan dokumen penting mengenai istana-istana kepresidenan beserta koleksinya.

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement