REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terus berupaya mempromosikan berbagai destinasi wisata unggulan Tanah Air. Tidak terkecuali destinasi prioritas yang telah ditetapkan Kemenpar atau biasa disebut dengan 10 Bali Baru.
Salah satu upaya yang dilakukan Kemenpar yaitu melalui kegiatan perjalanan insentif di Provinsi Jawa Tengah pada pengenalan destinasi wisata prioritas. Acara yang diselenggarakan Sabtu (29/7) ini bekerja sama dengan Ikatan Keluarga Akademi Militer (IKAM) Yogyayakarta.
Kepala Dinas Sejarah TNI AD, Brigjen Djashar Djamil, mengatakan melalui acara ini, pihaknya akan segera membuat paket wisata yang menawarkan destinasi-destinasi sejarah, terutama yang berkaitan dengan sejarah kemerdekaan dan perjuangan IKAM. "Ini menopang salah satu destinasi prioritas Borobudur, jadi selain ke Candi Borobudur, wisatawan juga disiapkan paket untuk mengenal sejarah dan berwisata ke museum-museum sejarah maupun monumen yang kita miliki di Yogyakarta,” ujar Djashar dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (31/7).
Dia menyebut, banyak lokasi sejarah yang menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari rentetan perjalanan kemerdekaan bangsa Indonesia di Yogyakarta. Sebut saja Monumen Plataran, Benteng Vreidenberg, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta, SMPN 2 Kalasan, Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Akademi Militer Magelang, dan Monumen Perjuangan Taruna di Plataran-Kalasan.
”Itu semua punya arti, jika kita pelajari menjadi daya tarik sendiri, dan menjadi daya tarik pariwisata. Apalagi ini masuk ke dalam 10 destinasi prioritas yang telah ditetapkan pemerintah,” ujar Djashar.
Salah satu pemerhati sejarah dan juga penggagas acara ini, Indroyono Soesilo, mengatakan Monumen Perjuangan Taruna atau yang lebih dikenal dengan Monumen Plataran memiliki potensi besar untuk ditetapkan sebagai destinasi wisata. Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Percepatan Wisata Bahari Kemenpar itu menyebut, monumen yang berlokasi di di Dusun Plataran, Desa Selomartani, Kecamatan Kalasan itu menyimpan sejarah perjuangan kemerdekaan. Di sana, pada 24 Pebruari 1949, para perwira alumni Akademi Militer Yogya dan taruna MA Yogya bertempur menghadapi pasukan Belanda. Beberapa dari mereka gugur.
"Sejarahnya sangat dalam dan punya banyak cerita perjuangan kemerdekaan," kata dia.
Indroyono mengajak kepada seluruh pemangku kepentingan terkait memberikan dukungan perhatian pada wisata sejarah Monumen Perjuangan ini, mengintegrasikannya dengan objek wisata di Kecamatan Kalasan. Misalnya saja Candi Sambisari, Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Kedulan, dan juga dengan kompleks Candi Prambanan. ”Ini akan memberikan dampak bagus ke masyarakat dan 10 destinasi prioritas, jika Monumen Plataran dan rentetan wisata sejarah dapat berkembang bagus dan pesat,” ujar Indroyono.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar, Esthy Reko Astuti, berterima kasih kepada IKAM. Pasalnya IKAM hendak mengemas wisata sejarah menjadi bagian percepatan 10 Bali Baru yang telah ditetapkan Kemenpar, salah satunya Borobudur.
Apalagi, kata Esthy, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, bersama Menteri Pariwisata, Arief Yahya sudah meluncurkan Badan Otorita Pariwisata (BOP), beberapa waktu lalu. Peluncuran dilakukan di Kompleks Taman Candi Prambanan, persisnya di panggung tertutup candi di tepian Sungai Opak itu.
BOP tersebut akan menjadikan destinasi Borobudur sebagai salah satu destinasi pariwisata nasional dan internasional. Borobudur digadang-gadang akan mampu menarik 2 juta wisatawan mancanegara pada 2019.
Borobudur dikembangkan sebagai destinasi yang memiliki kekuatan daya tarik yang berbasis pada potensi warisan budaya dan sudah diakui oleh UNESCO. Pengembangannya nanti akan difokuskan pada elemen 3a yaitu atraksi, aksesibilitas, dan amenitas. "Nah, wisata sejarah yang menjadi bagian dari IKAM ini menjadi bagian penting pengembangan Borobudur ke depan," ujar Esthy.
Kepala Bidang Promosi Perjalanan Insentif Kemenpar, Hendri Karnoza, mengatakan BOP Borobudur nantinya akan terus melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi perencanaan, pengembangan, pembangunan, dan pengendalian di Kawasan Pariwisata Borobudur.
Kunci sukses pariwisata itu, kata dia, ada di akses. Borobudur sudah memilikinya. "Bandara New Jogjakarta International Airport di Kulonprogo akan menjawab masalah aksesibilitas udara menuju Yogyakarta, jadi kami yakin, wisata sejarah di Yogyakarta akan menjadi bagian dalam mendukung 20 juta wisatawan mancanegara pada 2019 mendatang," kata Hendri.