Selasa 18 Jul 2017 18:54 WIB

Speaker First dari Bandung Melesat ke Eropa

Rep: Christiyaningsih/ Red: Gita Amanda
Band rock n roll asal Bandung Speaker First
Foto: Speaker First
Band rock n roll asal Bandung Speaker First

REPUBLIKA.CO.ID, Grup musik asal Indonesia kembali 'unjuk gigi' di kancah musik internasional. Kali ini giliran band rock n roll asal Bandung, Speaker First, yang mengundang decak kagum publik di Eropa dan Amerika Serikat.

Band yang digawangi oleh Mahattir Alkatiry pada vokal, si kembar Beny dan Bony Barnaby sebagai gitaris, dan Daud sebagai additional drum baru pulang seusai menjalani tur mereka di Negeri Paman Sam. Tidak sampai situ saja, pada 3 Agustus mendatang, Speaker First diundang untuk tampil di panggung salah satu festival musik paling bergengsi dunia, Woodstock Music Festival 2017, yang akan diselenggarakan di Polandia.

Baru-baru ini Speaker First bersama Manajernya, Willy Hidayat, membagikan kisah dan rencana mereka di Eropa dan Amerika Serikat.  Berikut petikan wawancaranya.

- Bagaimana ceritanya bisa terpilih tampil di Woodstock?

Willy : Tawaran untuk terlibat di ajang musik Woodstock berawal dari promotor Woodstock. Promotor itu melihat sendiri penampilan Speaker First saat melakukan tur di AS. Jadi tidak ada seleksi karena kami ditelepon langsung oleh promotor dan diminta tampil di Woodstock.

- Bagaimana reaksi pertama kalian saat mendapat telepon itu? Berapa lagu yang akan dibawakan?

Bony: Senang banget pastinya, tapi ini belum gol kita. Perjalanan masih panjang.

Attir : Kami tampil sekitar 45 menit membawakan kurang lebih 10 lagu. Mayoritas adalah lagu sendiri yang berbahasa Inggris dan satu lagu berbahasa Indonesia sebagai penutup. Waktu tur London dan tujuh kota di AS kami membawakan lagu Indonesia dan sambutannya meriah. Bahasa musik itu universal jadi mereka ikut nyanyi-nyanyi aja.

Beny : Nantinya semua lagu akan kami campur dari album pertama sampai terakhir. Selama ini lagu kami The Anthem dan Break My Soul paling banyak di-request di radio-radio AS. Asal musik lo bagus pendengar nggak peduli kita dari mana.

- Woodstock Music Festival merupakan pergelaran musik raksasa yang bisa didatangi hingga 700 ribu penonton, apa ada persiapan khusus?

Attir :  Persiapan untuk Woodstock lebih ke mental. Kami sempat bertemu dengan dubes (duta besar) Indonesia dan semacamnya buat kasih tahu mereka kalau yang bisa dipromosikan dari Indonesia nggak cuma batik.

- Selain manggung adakah rencana lain yang akan dilakukan di sana?

Willy : Woodstock adalah salah satu dari rangkaian tur Eropa. Setelah dari Woodstock di Polandia, Speaker First juga akan tampil di Berlin, Swedia, Finlandia, London, Norwegia. Saat promotor Woodstock umumkan di situsnya Speaker First akan tampil, kami dapat tawaran 30 show setelah Woodstock. Tapi, tawaran yang diterima harus dibatasi karena Speaker First harus siapkan album baru.

- Apa Speaker First akan menampilkan nuansa tradisional Indonesia saat manggung di Woodstock?

Bony: Untuk penampilan di Woodstock, kita belum akan membawa gimmick ala Indonesia. Sebab, untuk menunjukkan jati diri tidak harus dengan cara itu. Tapi ke depan, dalam tur luar negeri lainnya nggak menutup kemungkinan ada nuansa tradisional yang akan kami libatkan dalam penampilan.

Beny: Sebab, musik nggak sesimpel itu, kami hanya ingin tunjukin jati diri sebagai band rock n roll. Lagi pula, rock n roll yang kami tampilkan tentunya versi Indonesia dan pasti akan berbeda dengan rasa rock n roll versi negara lain.

- Setelah tampil di Woodstock, apa rencana Speaker First selanjutnya?

Willy : Sebulan yang lalu, Speaker First baru saja menandatangani kontrak dengan sebuah label rekaman di AS. Rencananya, setelah dari Woodstock kami akan mengumpulkan materi untuk album baru. Semoga tahun depan sudah bisa dirilis. Untuk nama labelnya masih belum bisa kami publikasikan, tunggu saja karya terbaru Speaker First.

Sebagai gambaran, pulang dari Eropa Speaker First akan menjalani rekaman selama tiga bulan. Awal tahun depan mempersiapkan promotion tools-nya dan rilis lagu pertama. Setelah itu berlanjut world tour atau tur promo di 122 kota di Eropa dan Amerika.

- Apa impian besar Speaker First?

Attir : Speaker First hanya ingin menjadi musisi yang seutuhnya. Go international bukanlah gol kami, karena itu sebenarnya hanyalah proses. Kami ingin hidup dari musik, jadi pemusik yang utuh, dan melakukan apa yang kami suka. Kami nggak ingin, pagi sampai sore jadi bankir lalu malamnya jadi rocker. Nggak, bukan seperti itu.

Beny : Ini masih perjuangan dan belum gol. Kami sebagai orang Indonesia jangan merasa inferior dengan negara-negara lain dalam bermusik. A good song is always a good song, wherever you come from, whoever you are, it doesn’t matter. The secret is always in the song (lagu bagus ya lagu bagus, dari mana pun kamu berada, siapa pun kamu, itu bukan masalah. Rahasianya selalu pada lagunya).

- Bisa ceritakan tidak, perjalanan panjang Speaker First hingga bisa bertahan selama 15 tahun?

Attir : Punya band dengan idealisme itu susah dan nggak ada yang instan. Speaker First didirikan 15 tahun yang lalu, sudah punya empat album. Empat album yang sudah dihasilkan, yaitu Whatever You Say, soundtrack Gie, Dunia Milik Kita, dan mini album Muda dan Berani.

Pada periode sekitar 2009-2011, kami sempat memutuskan untuk vakum karena pada waktu itu lagi booming musik Melayu dan boyband atau girlband. Sementara genre musik kami nggak umum. Ternyata vakum kami itu justru membawa ide-ide segar, setelah kami memutuskan kembali berkarya.

Gua sempat konsultasi ke Eet Sjahranie (Edane) kenapa Speaker First masuk label gede, tapi nggak laku-laku di Indonesia. Oom Eet sarankan macam-macam untuk Speaker First. Tapi rumusnya jujur, lakukan yang terbaik, dan jadi diri sendiri.

Jadi ketika sudah mulai ada tawaran-tawaran dari luar negeri, kami percaya roda mulai berjalan. Akhirnya, gua nemuin saat di mana tiket konser kami akhirnya sold out, dan orang-orang dengan senangnya nunjukin tiket mereka. Budaya apresiasi di luar negeri memang tinggi banget.

Beny : Nggak gampang punya band rock n roll. Butuh mental, keteguhan hati, dedikasi, dan harus siap-siap nggak punya uang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement