Sabtu 15 Jul 2017 18:36 WIB

Cerita Nurhayati Subakat Ubah Kesan Kuno Wardah Jadi Modern

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Esthi Maharani
Wardah
Foto: Google
Wardah

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- CEO Wardah, Nurhayati Subakat, menjadi pembicara di Penutupan Arisan Masyarakat Ekonomi Syariah Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam paparannya, ia turut membagikan perjuangan mengubah kesan kuno yang menempel di Wardah menjadi modern.

"Kita tahu dulu Wardah kuno, sekarang Alhamdulillah sudah modern," kata Nurhayati mengawali ceritanya, Sabtu (15/7).

Ia menerangkan, pada 1985, Wardah hanya memiliki dua karyawan. Dengan bekal dan latar belakang di bidang farmasi dan pernah bekerja di industri kosmetik selama lima tahun, ia pun nekat untuk mengembangkan Wardah.

Satu tahun berdiri, produk Wardah mulai dipakai hampir di semua salon di Tangerang. Namun, musibah terjadi ketika kebakaran terjadi dan menghanguskan semua usaha yang dibangun. Saat putus asa, ia pun memberanikan diri meminjam uang ke bank.

"Kami mendapatkan pinjaman. Ini pasti pertolongan Allah SWT, tidak mungkin orang baru saja kebakaran kok dipinjamkan uang, makanya optimis saja Allah selalu menolong kita," ujar Nurhayati.

Meluncurkan produk lagi pada 1995, kesuksesan tidak langsung diraih dan malah sempat macet karena segmen yang diincar adalah orang-orang pesantren sedangkan mereka tidak memakai kosmetik. Karena itu, sasaran pun diubah dan mulai beriklan di media cetak yang lebih luas pasarannya.

Ternyata, hal tersebut justru membuat Wardah semakin berkembang dan bisa merangkul masyarakat umum dan masyarakat muslim.Tak hanya itu, Wardah pun mulai berbenah, mulai dari kemasan hingga menghadirkan model tanpa hijab untuk memperluas pemasaran.

"Yang terpenting, tujuan perusahaan ini bukan sekadar mencari uang, tujuannya terus berkembang agar bisa lebih memberikan manfaat bagi lebih banyak orang, kalau hanya pikirkan nasib sendiri biasanya cepat selesai," ujar Nurhayati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement