Sabtu 08 Jul 2017 17:53 WIB

Matasora World Music Festival Dimeriahkan Musisi Dunia



Matasora World Music Festival akan digelar di Bandung
Foto: Matasora.com
Matasora World Music Festival akan digelar di Bandung

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mendukung promosi kegiatan Matasora World Music Festival yang akan dilaksanakan pada tanggal 22-23 Juli 2017 di Gudang Persediaan Cikudapateuh PT Kereta Api Indonesia (KAI), Jalan Sukabumi, Kota Bandung. Acara ini dirancang untuk mempromosikan pariwisata setempat dengan menghadirkan musisi dalam dan luar negeri.



Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti didampingi Kepala Bidang Promosi Wisata Budaya Asdep Segmen Pasar Personal Kemenpar Wawan Gunawan mengatakan, acara ini dirancang untuk meningkatkan dialog multikultural, diskusi terkait isu pedesaan dan perkotaan, mempromosikan pariwisata daerah serta gaya hidup ramah lingkungan berkelanjutan.

 ”Festival ini akan menghadirkan konser musik, workshop musik dan tari, film screening, food bazaar, diskusi hingga edukasi anak," katanya.

Sejumlah pelaku industri kreatif nasional dan internasional akan diundang untuk mengkampanyekan pemahaman lintas budaya bagi masyarakat. Esthy mengatakan penyelenggara juga telah menyiapkan 14 artis internasional dan 20 artis domestik.



Esthy menambahkan, konsep festival yang bertemakan Beat the Tradition menghadirkan line up musisi dunia seperti Colin Bass-England, Electric Fields-Australia. Fade to Blue-Taiwan, Sambasunda -Indonesia, Ramkhamhaeng University-Thailand, Grace Sahertian-Indonesia, Cakravala Mandala Dvipantara-Indonesia, Parahyena-Indonesia, Littlelute-Indonesia, Gilles Saissi & Persabatan Project-Franch & Indonesia, dan masih banyak lagi yang akan unjuk gigi di perhelatan tersebut. 



Produser Matasora World Music Festival, Satria Yanuar Akbar, pada Jumat (7/7), mengatakan acara ini diharapkan bisa seperti Woodstock di tahun 1969 yang dapat merespons isu global hingga memaksa pemerintah Amerika Serikat mengakhiri perang Vietnam. Juga menghasilkan generasi budaya baru para hippies dan flower generation.

"Di Inggris juga demikian, sejak tahun 1982 festival seperti Womad yang diinisiasi oleh Peter Gabriel telah mampu mengubah perspektif masyarakat tentang racism, pun festival lainnya,” ujarnya.



Festival unik ini diproyeksikan untuk membuka hati dan pikiran pengunjung tentang keragaman budaya dunia melalui musik, sebagai salah satu bahasa perekat. Di Festival ini juga ada program menarik lainnya seperti workshop musik, tari dan kesenian, pemutaran film, bazar kuliner, talkshow, art instalation, serta zona Edukasi anak.


Satria Yanuar menambahkan, yang membedakan Matasora World Music Festival dengan festival lainya adalah karakter di world music ini lebih menampilkan unsur lokal dan tradisi. Berbeda dengan festival yang selama ini ada dengan menampilkan konsep pop.

"Biasanya kalau festival lainnya sering menampilkan yang mainstream atau pop tetapi ini lebih mengemban sebuah misi untuk meningkatkan ikon kebudayaan daerah,” kata Satria.



Menurutnya, selama tiga tahun terakhir Jawa Barat (Jabar) minim event world music. Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran potensi musik di Jabar menjadi kurang profesional. "Makanya kita semangat memunculkan kembali. ketika di Jabar dimulai akhirnya bisa menyebar ke wilayah lainnya dan bisa memantik wisatawan," ujarnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya berharap festival ini dikelola dengan standar international dan dikemas dengan profesional. Selain itu, juga  memperkuat identitas kota Bandung sebagai kota kreatif dan kebanggan warga di masa yang akan datang. Lalu, menjadi magnet bagi wisatawan mancanegara dan nusantara.



"Event ini harus memperkuat identitas kota Bandung sebagai kota kreatif dan bisa menarik kunjungan wisman (wisatawan mancanegara)," kata pria asli Banyuwangi itu.

 

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement