Kamis 06 Jul 2017 10:19 WIB

Menjadi Investor Sejati Usai Lebaran

Mengelola keuangan
Foto: pixabay
Mengelola keuangan

REPUBLIKA.CO.ID, Di bagian pertama telah kita bahas realitas keuangan setelah Lebaran dan prinsip-prinsip dalam berinvestasi. Sekarang mari kita lanjukan ke caranya, agar Lebaran menjadi momen Penting untuk kita menjadi Investor Sejati.

Ada tiga sikap mental umumnya masyarakat dalam merespons terhadap keuangan pribadi (personal finance).

Mentalitas miskin

Kecenderungan untuk melakukan spending/pengeluaran terlebih dahulu, berapa pun income yang di punya. Artinya dari waktu ke waktu, hanya berharap dari penghasilan harian, pekanan, bulanan untuk di habiskan sore harinya, akhir pekan dan tidak menunggu akhir bulan, sebelum gaji bulan berikutnya diterima. Inilah yang disebut mental miskin.

Mentalitas menengah

Kecenderungan untuk melakukan gaya hidup berlebihan. Misalnya, ketika karier naik dan gajinya juga naik. Dulu waktu level staf atau supervisor, makannya di kantin. Begitu menjadi manajer makan di restoran. Dulu tahan punya HP setelah 2 tahun ganti, setelah naik jabatan 1 tahun bisa 2-3 kali ganti HP. Artinya antara pendapatan yang diterima selalu menyisihkan kenaikan gaya hidup terlebih dahulu. Mentalitas menengah inilah yang membuat mereka tidak pernah naik kelas, selalu menjadi mangsa empuk perubahan gaya hidup.

Mentalitas kaya atau sejahtera

Kecenderungan untuk melakukan aktivitas investasi terlebih dahulu begitu menerima gaji. Mereka inilah yang berpikir jangka panjang, karena hidup tidak hanya untuk saat ini.

Polanya adalah mereka akan selalu berpikir:

Menaikkan pendapatan

Jika hari ini mereka hidup hanya dari 1 pendapatan, otaknya akan terus bekerja agar mendapatkan penghasilan kedua dan seterusnya.

Menaikkan jumlah dan persentase tabungan

Jika persentase tabungannya tiap bulan hanya 5 persen maka dengan adanya pendapatan ke-2 tadi menjadi 10 persen dan seterusnya.

Kenapa menabung?

Karena inilah yang akan membentuk Money Personality (kepribadian melek keuangan) yang akan mengantarkan pada fase ke-3.

Menjadi investor sejati

Jika kebiasaan menabung sudah terpupuk, maka ketika ada uangnya, mereka siap untuk melihat Hot Deal agar uangnya terus bertumbuh. Makanya ada istilah 'Profit is the King, but Cash is the Queen'.

Seorang raja perlu permaisuri untuk menjalankan roda pemerintahan keuangannya, sementara seorang ratu bisa sendiri secara mandiri walau ditinggal seorang raja. Ketika uang tunai di tangan, apapun yang Anda akan putuskan, tidak akan ada yang bisa membendungnya. Apalagi selama proses menabung tadi, Anda melakukan proses berpikir investasi minimal 30 jam dalam sebulan. Artinya untuk menjadi seorang investor, kudu ada ilmunya.

Hidup semurah mungkin

Seorang investor akan lebih mengedepankan kebutuhan ketimbang keinginan semata. Kapan keinginannya bisa terpenuhi? Ketika hasil investasinya sudah berkembang dan menghasilkan, saat itulah mereka bisa membiayai keinginan-keinginannya.

Pola di atas jika kita balik, maka:

a. Hidup semurah mungkin akan menghasilkan uang lebih.

b. Uang lebih ini jika diinvestasikan akan bertambah.

c. Memupuk menjadi investor bisa menambah alokasi uang tabungan untuk ekspansi ke sektor lain.

d. Otomatis income akan bertambah.

Dari keempat siklus atas bawah inilah Good Money Habit bisa tercipta.

Lantas produk yang bagaimana dan seperti apa yang bisa kita gulirkan setelah Lebaran?

Investasi rill

Yang dimaksud adalah investasi yang kelihatan, misalnya emas, properti dan benda-benda antik.

Untuk emas, ada 3 pilihan model yakni emas perhiasan, emas koin dan emas logam mulia. Dua yang pertama (perhiasan dan koin) selain dikenakan pajak juga mengalami penurunan nilai jual kembali, kecuali antar komunitas yang memang menjadikan emas koin tersebut sebagai mata uang, layaknya uang rupiah. Maka pilihan investasi untuk emas adalah emas logam mulia.

Tinggal peruntukkannya apakah buat memenuhi aset lancar kita dalam bentuk dana darurat ataukah berfungsi sebagai aset investasi. Emas LM (Logam Mulia) yang kami sarankan adalah yang bersertifikat Antam milik pemerintah yang telah diakui secara internasional. Pembelian saat ini bisa di mulai dari 1 gram atau kurang. Artinya jika uang kita pas-pasan, berapapun alokasinya harus tetap 'menabung' emas.

Selain itu, investasi riil juga bisa menjadi pilihan dalam bentuk properti. Jika untuk kota-kota besar sudah sulit mencari tanah dengan harga murah, maka di daerah-daerah masih banyak tanah dengan harga miring asal kita tahu Rencana Tata Kota-nya. Intinya ada di lokasi dan prospek lokasi tersebut ke depannya. Jika kita ingin menginvestasikan diri kita dalam dunia properti, sebaiknya mengikuti alur berikut ini.

a. Agen

Seorang agen, tidak perlu investasi terlalu besar, cukup bergabung dalam sebuah agensi properti maka sudah bisa menjualkan produk properti orang lain, misalnya rumah, ruko, tanah, apartemen dan lainnya.

b. Broker

Ini adalah koordinator para agen alias pemimpinnya agen. Mereka sering juga disebut principal dari sebuah keagenan. Tugasnya adalah memantau dan mendidik para agen properti agar sukses, otomatis mereka juga akan sukses.

c. Developer

Seorang teman saya yang awalnya adalah seorang agen properti, saat ini menjadi salah seorang developer besar di wilayah penyanggah Jakarta. Awalnya hanya mempertemukan antara pemilik lahan dengan pemodal (developer).

d. Investor

Ini adalah maqom tertinggi di dunia properti, dimana mereka yang memodali aktivitas di dunia properti. Mungkin awalnya hanya membeli satu dua rumah, lalu di jual kembali, setelah itu keuntungan tersebut diputar seiring perjalanan waktu hingga bisa menjual 1 tower apartemen yang berisi 1.000 kamar/ruangan. Artinya mulai dari investasi kecil dan konsisten menekuninya.

Investasi pasar modal

Salah satu penggerak keuangan sebuah negara adalah korporasi, selain koperasi dan konglomerasi.

Korporasi ini awalnya juga kecil sebelum menjadi sebuah konglomerasi. Dengan aset di bawah Rp 10 T, mereka bergerilya dan bertumbuh hingga bisa di IPO (Initial Public Offering)-kan. Dengan IPO maka perusahaan tersebut listing di bursa saham dan menjadi milik publik. Siapa yang menjadi pemiliknya?

Para investor yang punya saham, walau hanya 1 lot.

Apalagi saat ini dengan banyaknya Platform Ekonomi Berbagi, lewat koperasi bukan sebuah hal yang mustahil untuk di IPO-kan. Jika kita belum punya ilmunya dan merasa takut terjun berinvestasi di saham, ada alternatif lain lewat KIK (Kontrak Investasi Kolektif) yang kita sebut dengan Reksadana.

Dengan Reksadana inilah, kita bisa mulai berinvestasi dengan uang Rp 100 ribu secara berjamaah yang ditangani profesional di bidangnya, yakni MI (Manajer Investasi) di sebuah Perusahaan Aset Manajemen. Mereka lah yang akan melakukan transaksi terhadap uang yang Anda investasikan.

Investasi bisnis

Ini adalah bentuk investasi yang memang berisiko bagi yang tidak tahu ilmunya. Bahkan sebuah survei terkenal di Amerika "Dari 10 bisnis baru, 9 bisnis hancur di tahun pertama. Dari bisnis yang bertahan itu, 9 dari 10 nya hancur di tahun kedua. Dari bisnis yang bisa bertahan di tahun kedua, 9 dari 10-nya hancur di tahun ketiga". Artinya hanya 10 persen yang benar-benar bertahan.

Tapi kabar baiknya, jika 10 persen para pengusaha tadi membuat usaha baru, maka tingkat kesuksesannya adalah 80 persen. Itu artinya, di tangan yang tahu akan ilmu dan punya pengalaman, bisnis itu semakin mudah.

Jika kita berpartner pada 10 persen pengusaha tadi, maka probabilitasnya untuk sukses semakin tinggi. Atau pilihan realiatis kedua, ada fokus saja di pemasarannya. Pastikan produk yang Anda jual memang diminati pasar, maka risiko Anda kehilangan uang menjadi kecil.

Saya pribadi mengajarkan keluarga saya mulai berbisnis di sektor pemasaran, mulai dari modal awal Rp 500 ribu di luar penunjang bisnis daring, misalnya HP dan pulsa. Hanya membeli sejumlah produk di awal, itu pun bisa bayar setelah barangnya terjual, maka keluarga kami sudah bisa berbisnis kuliner makanan beku.

Seorang teman saya, lewat wadah koperasi, saat ini sudah membeli bibit sapi dan kambing secara patungan untuk nanti dijual kembali ketika Idul Adha atau Hari Raya Qurban, tiga bulan lagi.

Apakah berisiko? Jelas berisiko, tetap jika dilakukan secara berjamaah lewat sistem syirkah, maka risikonya menjadi kecil.

Lain lagi teman saya seorang pengurus masjid, dengan potensi jamaah 500 orang mereka mendirikan Mini Market dengan modal awal masing-masing Rp 1 juta. Siapa saja marketnya? Ya mereka-mereka juga, mereka sebagai pemilik dan juga pembeli. Jadi uangnya berputar di antara mereka. Inilah yang disebut ekonomi berbagi, dan itulah esensi ekonomi syariah.

Siap menjadi investor sejati setelah Lebaran?

Kolom ini diasuh oleh WealthFlow 19 Technology Inc.,Motivation, Financial & Business Advisory (Lembaga Motivasi dan Perencana Keuangan Independen berbasis Sosial-Spiritual Komunitas). Pertanyaan kirim ke email : [email protected]  SMS 0815 1999 4916.

twitter.com/h4r1soulputra

www.p3kcheckup.com

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement