Senin 03 Jul 2017 14:52 WIB

Apen Bayeren Jadi Atraksi Unggulan di Festival BMW 2017 Biak

Festival Biak Munara Wampasi (BMW) 2017
Foto: Kemenpar
Festival Biak Munara Wampasi (BMW) 2017

REPUBLIKA.CO.ID, BIAK -- Nirmala Beach Hotel, Biak, Papua mendadak penuh dan sesak. Ribuan masyarakat hadir di hotel tempat pembukaan Festival Biak Munara Wampasi (BMW) 2017 tersebut.

Para wisatawan nusantara (wisnus) dan wisatawan mancanegara (wisman) ingin menyaksikan salah satu kekayaan seni dan budaya di Kabupaten Biak, Sabtu (1/7) kemarin. ”Kami sudah memprediksi memang bakal penuh, karena ini memang atraksi yang diunggulkan oleh kami, sangat ekstrem dan menarik, silahkan bagi yang belum pernah lihat atraksi ini, kunjungi Biak,” kata Bupati Biak, Thomas Alfa Edison.

Lebih lanjut Thomas menjelaskan, Tanah Papua terutama Biak tidak hanya memiliki kekayaan alam yang melimpah, tetapi juga kaya akan bahasa daerah, seni dan budaya.  Untuk itu mereka berusaha menjaga atraksi ini, hingga turun temurun. Apen Bayeren ini merupakan atraksi berjalan di atas batu yang dibakar pada acara barapen (bakar batu).

Hal senada diungkapkan Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti. Kata Esthy, atraksi ini sudah sangat dikenal oleh para wisatawan dan juga di tahun 2017 ini masuk masuk menjadi nominasi kategori sepuluh atraksi budaya terpopuler versi Anugerah Pesona Indonesia 2017.

”Apen Bayeren ini bermula dari adanya kegiatan atau pesta adat yang dilakukan keluarga. Dalam kegiatan atau acara adat tersebut, nenek moyang keluarga mereka kemudian mempersiapkan barapen atau bakar batu yang merupakan ritual memasak bersama-sama warga satu kampung untuk kegiatan syukuran atau pesta adat. Di situlah awal muasal atraksi ini,” kata Esthy yang juga diamini Kepala Bidang Wisata Budaya Asdep Segmen Pasar Personal Kemenpar Wawan Gunawan.

Lebih lanjut Wawan memaparkan, karena luasnya area atau tempat barapen menyulitkan kaum pria dari leluhurnya untuk mengambil batu panas yang sudah dibakar khususnya yang berada di tengah, maka para leluhur memperkenalan daun Sindia. Daun ini yang diminta dioleskan di kaki supaya tidak rasa panas, sehingga mereka bisa berjalan di atas batu yang panas tanpa merasa sakit atau kaki melepuh karena panas.

Wawan juga menambahkan, Dewan Kesenian Biak juga menggunakan acara ini sebagai tradisi adat khas masyarakat Biak yang juga merupakan upacara penghormatan kepada seseorang atau tokoh masyarakat. "Upacara ini juga bisa khusus digelar untuk menghormati kedatangan tamu, berupa penghormatan yang sakral," kata Wawan.

Dalam atraksi kemarin, sekitar 12 orang, terdiri dari laki-laki dan perempuan, bersiap diri dan mengenakan pakaian adat. Tetua adat kemudian memimpin doa. Di tengah lapangan, tersebar batu panas yang di bawahnya terdapat bara api. Batu-batu itu disebar berbentuk lingkaran. Tak lama kemudian, salah seorang lelaki mulai berjalan di atas bara api.

"Tidak sembarang orang bisa melakukan ini. Intinya hati dia harus bersih, pikiran juga. Kalau perempuan tak boleh sedang hamil atau haid, pikirannya juga harus bersih," ujar Thomas.

Tak lama kemudian, seorang wanita yang berpakaian adat bersiap untuk jalan di atas bara api. Betapa kaget warga dan wisatawan, dia berjalan dengan diiringi tifa (alat musik khas Papua-red) mengiringi tariannya di atas bara api. Upacara adat itu berlangsung tak sampai 10 menit, namun cukup membuat pengunjung terpana.

Seperti diketahui, Festival BMW 2017 telah dibuka dan digelar mulai tanggal 1 hingga 4 Juli 2017. Acara itu dibuka langsung oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise di Nirmala Beach Hotel, Biak, Papua.

"Festival BMW 2017 harus terus punya kombinasi yang sempurna, antara culture, nature, dan man made. Karena itu value-nya akan berimbas pada destinasi-destinasi di Biak,” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya.

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement