Sabtu 17 Jun 2017 16:49 WIB

Tren Kunjungan Wisman ke Indonesia Kalahkan Thailand

Turis asal Cina sedang menikmati liburannya di Chiang Mai, Thailand. Peningkatakan ekonomi Cina membuat turis Cina membanjiri sejumlah obyek wisata di seluruh dunia.
Foto: AP
Turis asal Cina sedang menikmati liburannya di Chiang Mai, Thailand. Peningkatakan ekonomi Cina membuat turis Cina membanjiri sejumlah obyek wisata di seluruh dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Thailand memang masih unggul jauh dibandingkan Indonesia dalam hal menggaet jumlah wisatawan mancanegara (wisman). Namun, Negeri Gajah Putih itu harus mengakui kehebatan Indonesia terkait tren kunjungan wisman pada kuartal pertama 2017.

Berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Olahraga Thailand sebagaimana dilansir TTR Weekly, kunjungan wisman ke Negeri Gajah Putih pada kuartal pertama 2017 mencapai 12,02 juta. Angka itu hanya naik 2,91 persen dibandingkan periode yang sama 2016 lalu. Saat itu, sebanyak 11,68 juta wisman pelesiran ke Thailand.

 

Khusus kunjungan periode April, sebanyak 2,82 juta wisman menghabiskan waktu di Thailand.  Artinya, kunjungan wisman hanya naik 6,97 persen dibandingkan 2016 yang sejumlah 2,64 juta. Persentase kuartal pertama maupun periode April yang ditorehkan Thailand kalah jauh dibandingkan Indonesia.

 

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 4,20 juta wisman mengunjungi Indonesia sepanjang Januari-April 2017. Artinya, ada peningkatan sebesar 19,34 persen, hampir 20 persen, dibandingkan periode yang sama 2016 lalu. Saat itu, jumlah kunjungan wisman mencapai 3,52 juta.

 

Khusus kunjungan wisman pada April 2017 juga mengalami lonjakan signifikan. Jumlah wisman yang ke Indonesia pada April 2017 lalu mencapai 1,14 juta. Angka itu melesat 26,75 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ketika itu, sebanyak 901,09 ribu wisman berlibur ke Indonesia. 

 

Sekretaris Kementerian Pariwisata dan Olahraga Thailand Pongpanu Svetarundra mengatakan, pihaknya harus bekerja keras untuk meningkatkan kunjungan wisman. Sebab, Thailand sudah mematok target 60 juta wisman pada 2030 mendatang.

 

“Kami harus meningkatkan kualitas dan potensi sistem utilitas publik, transportasi, dan daya dukung pariwisata. Semua sektor harus terintegrasi,” ujar Svetarundra akhir Mei lalu.

 

Kunjungan turis asing dari beberapa negara ke Thailand juga anjlok cukup tajam. Penurunan terbesar terjadi dari wisman asal Cina. Sepanjang kuartal pertama 2017, kunjungan wisman Cina ke Thailand anjlok 7,5 persen.

 

Sedangkan peningkatan tertinggi berasal dari wisman asal Rusia. Pada kuartal pertama 2017, sebanyak 595.618 ribu turis Rusia berkunjung ke Thailand. Jumlah itu meningkat 34,35 persen dibandingkan periode yang sama 2016 lalu sejumlah 443.346 ribu. 

 

Sementara itu, wisman India yang selama ini menjadi pasar empuk hanya naik dari 94,012 ribu menjadi 107,451 ribu. Artinya, kenaikan hanya sebesar 14,29 persen.

 

Bagaimana dengan Indonesia? Kunjungan wisman Cina sepanjang April 2017 mencapai 165,40 ribu atau naik 55,13 ribu dibandingkan April 2016 yang sejumlah 110,27 ribu. Jika diperinci, kunjungan wisman asal Cina melalui 19 pintu masuk utama pada 2017 mencapai 158.147 ribu. Sedangkan pada 2016 sejumlah 103.744 ribu. Ini berarti ada kenaikan sebesar 52,4 persen. 

 

Sementara itu, kunjungan wisman India pada April 2017 naik drastis menjadi 40,89 ribu dibandingkan periode sama tahun lalu sebanyak 31,03 ribu. Bila dibedah, jumlah wisman India yang pelesiran ke Indonesia dari 19 pintu masuk utama pada April 2017 mencapai 37.631 ribu. Angka itu naik 21,17 persen dibandingkan periode yang sama 2016 lalu yang sebanyak 31.056 ribu. 

 

Menteri Pariwisata Arief Yahya saat ditunjukkan data-daya itu hanya tersenyum simpul. Dari sisi jumlah wisman, Thailand yang dia tetapkan sebagai "musuh professional" itu masih besar. "Tetapi bagi pengusaha, melihat tren proyeksi itu lebih penting dari performance. Artinya Thailand memang besar, tapi bertumbuh kecil. Kita dari kecil mengejar pertumbuhan besar, dan growthnya terbukti besar," kata Arief Yahya. 

Arief Yahya meyakini, ketika banyak dibangun destinasi baru, akan membuka kesempatan untuk bertumbuh tinggi. Stok destinasi yang bisa dikemas berkelas dunia, masih melimpah. "Intinya tetap pada 3A, critical succes factor kami, Atraksi, Akses, Amenitas! Ketiga PR (Pekerjaan Rumah) itu, jika sukses dikelola dengan Indonesia Incorporated, maka kita akan terus bertumbuh positif," kata Menteri Arief Yahya.

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement