REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang bulan Agustus alias bulan perayaan hari kemerdekaan Indonesia, kita kerap tergelitik untuk kembali merenungi makna kemerdekaan Tanah Air kita.
Namun, sayangnya, setelah lewat bulan Agustus, rasa nasionalisme pun seakan terbang entah ke mana. Bahkan, berbagai momen hari nasional kebangsaan seperti hari Kebangkitan Nasional, Sumpah Pemuda, hingga Hari Pahlawan pun seolah lewat begitu saja.
Benarkah begitu? Di mata sejarawan dan budayawan Yapi Panda Abdiel Tambayong atau lebih dikenal dengan nama Remy Silado, tidak hanya generasi milenial masa kini yang mulai krisis rasa kebangsaan. Secara keseluruhan, kondisi kebangsaan saat ini terbilang memprihatinkan. Ini terutama terjadi berkaitan dengan isu perpecahan dalam masyarakat yang menyinggung pula urusan SARA.
Padahal, Indonesia sendiri bermakna keberagaman. ''Miris rasanya melihat masyarakat kini yang kurang menghargai perbedaan. Padahal, kita semua terutama generasi muda Indonesia harus belajar dari masa lalu,'' ujar Remy yang ditemui dalam peluncuran kampanye Aku Ber-Indonesia di Jakarta beberapa waktu lalu.
Dia pun mencontohkan perilaku masyarakat dulu yang lebih menerima pluralisme yang terlihat dari perdamaian antaragama dan ras sehingga terwujud keanekaragaman agama dan budaya seperti yang kita kenal saat ini. ''Jika dibandingkan dengan masyarakat sekarang yang kerap mudah terprovokasi hingga terpecah hanya karena berita hoaks, fenomena ini sungguh tidak merepresentasikan Indonesia yang sesungguhnya,'' lanjut Remy.
Meski begitu, dari hasil survei terungkap bahwa sebagian besar generasi milenial saat ini masih beranggapan bahwa Pancasila tepat menjadi ideologi bangsa Indonesia. Namun, sebaliknya ada pula segelintir anak muda yang mulai beranggapan sebaliknya.
Terkait ini, Wings Food, lewat Teh Javana, meluncurkan kampanye Aku Ber-Indonesia bertepatan dengan momen hari Kelahiran Pancasila belum lama ini.
''Setelah belajar dari apa yang telah terjadi di masa lalu, saatnya kita membuka mata dan memperbaiki diri saat ini. Fakta-fakta adanya perubahan perilaku dari masa ke masa untuk menggerakkan kami untuk ikut serta berpartisipasi mengasah rasa nasionalisme Indonesia generasi muda kita yang tergerus modernisasi. Perubahan itu baik dan harus ada. Namun, ada baiknya juga masih berpegang pada nilai terdahulu yang baik dan masih bisa diterapkan saat ini,'' ujar Aristo Kristandyo, Group Head of Marketing Beverages Wings Food.
Kampanye Aku Ber-Indonesia ini merupakan kelanjutan dari kampanye digital Mana Indonesiamu yang berhasil menjangkau ribuan entries sepanjang 2015-2016. Dalam kampanye ini, kita boleh berbangga karena nyatanya masih banyak anak muda yang peduli dengan Tanah Air sendiri.
Lewat aktivitas masing-masing yang ditampilkan dalam akun media sosial masing-masing, anak-anak muda mengungkap rasa cintanya pada Indonesia.
Ada yang berusaha menebarkan virus minat baca dengan membuat perpustakaan keliling, ada yang melakukan usaha daur ulang sampah hingga mampu membangun proyek padat karya. Bahkan, ada pula yang berusaha menghijaukan lingkungan dengan menanam kembali sejumlah bibit pohon.
''Tidak ada yang tidak berharga dari pelajaran masa lalu. Melestarikan masa silam merupakan bagian dari proses untuk kita menuju hal yang baru. Tanpa menunda lagi, mari ktia bersama bertindak nyata dan bernilai untuk Indonesia,'' kata Remy penuh semangat.
Lantas, apa bukti cinta kamu untuk Indonesia?tr