REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak muda mudah mengumbar privasi, seperti berbagi foto pribadi dan sensitif dengan orang lain melalui media sosial, berdasarkan penelitian yang dilakukan perusahaan keamanan siber global Kaspersky Lab.
Kepala Bisnis dan Konsumen Kaspersky Lab Andrei Mochola dalam keterangan tertulis di Jakarta mengatakan 61 persen anak muda berusia 16-24 mengaku berbagi foto pribadi, sementara hanya 38 persen orang berusia di atas 55 tahun yang mengaku melakukan hal itu.
"Berbagi data pribadi dengan orang lain dan perusahaan merupakan kebiasaan yang sangat berbahaya jika terus dibiarkan," katanya, Sabtu (3/6).
Menurutnya, pola penyebaran informasi juga meluas ke rincian keuangan, berdasarkan penelitian itu, dua dari lima anak muda berbagi rincian keuangan dan pembayaran mereka, yakni 42 persen berusia 16-24 tahun, sedangkan berusia di atas 55 tahun sebesar 27 persen.
Secara mayoritas, penelitian itu menunjukkan 93 persen pengguna berbagi informasi secara digital, 70 persen di antaranya berbagi foto serta video anak-anak mereka, dan 45 persen berbagi video serta foto-foto pribadi yang sensitif kepada orang lain.
Hampir setengah atau 44 persen pengguna internet menjadikan data milik mereka dapat diakses publik, tetapi begitu data masuk ke ranah publik, data tersebut dapat dibagikan secara luas bahkan melampaui kendali pemiliknya. Satu dari lima pengguna internet mengakui mereka berbagi data-data sensitif dengan orang yang tidak mereka kenal baik dan dengan orang asing sehingga membatasi kemampuan mereka dalam mengendalikan bagaimana data sensitif mereka digunakan.
Akibatnya, pengguna mengekspos diri mereka pada pencurian identitas atau serangan finansial dengan membagikan rincian keuangan dan pembayaran, pemindaian paspor, surat izin mengemudi, dan dokumen pribadi lainnya atau kata sandi. Bahkan, satu dari 10 pengguna membagikan PIN untuk mengakses perangkat mereka dengan orang asing, dan satu dari lima pengguna membiarkan perangkat mereka tidak terkunci dan tidak diawasi ketika berada di tengah sekelompok orang.
Selanjutnya, hampir seperempat pengguna memberikan perangkat mereka kepada orang lain untuk digunakan selama beberapa waktu. "Meskipun benar-benar tidak realistis untuk mengharapkan pengguna internet berhenti berbagi foto, informasi pribadi dan informasi lainnya satu sama lain, kami mendorong pengguna untuk berpikir dua kali," kata Andrei.