Selasa 30 May 2017 14:59 WIB

Sleman Genjot Pembangunan Homestay Desa Wisata

Ruang makan yang ada di dalam homestay.
Foto: ROL/Winda Destiana
Ruang makan yang ada di dalam homestay.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Upaya untuk terus mengembangkan desa wisata terus dilakukan di sejumlah daerah di Tanah Air. Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang dipimpin Bupati Sri Purnomo berencana menggenjot pertumbuhan homestay untuk memenuhi kebutuhan akomodasi pariwisata.

Hal ini pernah disampaikan Bupati Sri Purnomo, saat Sosialisasi Kebijakan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) pada jurnalis, di Sheraton Mustika, beberapa waktu lalu. Menurutnya Sleman akan terus mendorong Homestay Desa Wisata, karena sudah dikeluarkan moratorium hotel hingga 2021 mendatang. 

"Jadi tidak akan ada hotel baru sampai 2021. Yang ada homestay desa wisata,” kata Sri Purnomo.

Kepastian itu diperkuat oleh Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Sleman Sudarningsih. Menurutnya untuk memenuhi akomodasi wisatawan, saat ini mereka sedang mengembangkan homestay di desa-desa wisata. Saat ini, Sleman telah memiliki 300-an unit homestay yang tersebar di berbagai desa wisata. Salah satunya di Desa Wisata Pentingsari dengan 50 unit homestay. Hal ini tentu akan mendukung pencapaian target pariwisata nasional, yakni 20 ribu Homestay Desa Wisata tahun 2017 dan 20 juta wisatawan pada 2020. 

Bahkan, untuk meningkatkan minat mengembangkan desa wisata, Dispar Sleman juga akan menyelenggarakan kegiatan Travel Dialog dengan para pelajar. Kegiatan tersebut mengarahkan para pelajar untuk mau berkegiatan dan berwisata ke desa wisata setempat.

“Belum lama ini sudah ada 200 sampai 300 pelajar yang ingin belajar di desa wisata. Di desa wisata para pelajar bisa belajar mengenai budaya dan keseharian masyarakat desa,” kata perempuan yang akrab disapa Ning itu melalui siaran pers Kemenpar. 

Ning memaparkan, Sleman sudah memiliki 31 desa wisata yang tersebar di 17 kecamatan. Seluruh desa wisata tersebut menyuguhkan berbagai pilihan pariwisata yang beragam. Mulai dari agrowisata, budaya, hingga pesona alam.

"Peningkatan kunjungan ke desa wisata akan berdampak baik bagi distribusi pendapatan masyarakat. Pasalnya desa wisata memiliki potensi ekonomi yang cukup besar. Bahkan tahun lalu Desa Pentingsari mampu mencetak transaksi senilai dua miliar rupiah," ujar Ning. 

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya telah menetapkan Homestay Desa Wisata sebagai unggulan ketiga setelah Go Digital dan Air Connectivity di peta top three prioritas kerja Kementerian Pariwisata. Arief mengatakan, desa wisata bisa menjadi atraksi tersendiri bagi wisatawan. Kawasan sekitar Borobudur merupakan contoh yang tepat dalam pengembangan desa wisata. Sebab, wisatawan yang mengunjungi candi Buddha terbesar di dunia itu juga bisa mengunjungi kawasan sekitarnya.

"Selama ini, biasanya hanya ke Candi Borobudur, setelah itu selesai. Sekarang bisa dilihat, atas bantuan BUMN, BUMDes, dan masyarakat, kawasan wisata Borobudur sedang dikembangkan menjadi kawasan yang besar. Bukan hanya datang untuk melihat candi. Tapi juga aktivitas wisata lain di sekitarnya. Menikmati candi tanpa menyentuh," katanya.

Lebih lanjut Arief mengharapkan konsep yang diterapkan di sekitar Borobudur tersebut bisa diadopsi daerah lain. Apalagi Indonesia memang kaya akan alam, budaya, kuliner, dan kerajinan.

"Menarik kalau dicermati masyarakat sekarang, terutama anak-anak, menyukai pengalaman wisata yang baru. Misalnya memandikan kerbau, menangkap belut, ikan itu saja sekarang bisa dijual. Beda dengan dulu," ujarnya.

Selain itu,  Arief Yahya mejelaskan komitmen pemerintah dalam menyediakan segala kebutuhan guna mendukung pengembangan pariwisata. Misalnya, infrastruktur, air, dan pengelolaan sampah.

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement