Selasa 30 May 2017 14:14 WIB

Desa Wisata Pule Gelar Program One Homestay One Toilet

Desa Wisata Pulesari
Foto: Istimewa
Desa Wisata Pulesari

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Desa wisata di Pulesari, Sleman, Yogyakarta atau yang biasa dikenal dengan Dewi Pule memiliki program unik dalam mengembangkan kawasannya menjadi objek wisata menarik. Salah satunya program One Homestay One Toilet (OHOT).

Program OHOT itu berupa bantuan material untuk homestay yang ingin​ menambah fasilitas toiletnya. Program OHOT ini memberikan sebanyak 18 toilet dengan rincian tujuh toilet diberikan April, enam toilet selama bulan Mei dan lima toilet bulan Juni. Ketua Desa Wisata Pulesari Didik Irwanto mengatakan ada tim khusus yang menyeleksi homestay mana saja yang layak mendapatkan program bantuan One Homestay One Toilet ini. Tim juga memiliki kriteria tersendiri dan melakukan seleksi.

Dalam program ini, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) memberikan bantuan senilai dua juta rupiah. Uang tersebut diwujudkan dalam bentuk barang untuk kebutuhan membangun toilet. Bisa berupa keramik, kloset duduk, pintu kamar mandi dan sebagainya. Bentuk barang disesuaikan dengan kebutuhan pemilik homestay dan hasil survei Tim Pokdarwis. Toilet yang dibangun memiliki standar baku yakni bersih dan terang.

Untuk program ini, Pokdarwis Desa Wisata Pulesari bekerja sama dengan toko bangunan setempat. Pihak homestay yang mendapat bantuan tinggal mengambil barang yang dibutuhkan. Dengan pola ini, diharapkan ada keseragaman kualitas dan jenis barang. 

"Kendati kami tidak bisa memaksakan semua harus dengan keramik pola ini, dengan cat warna ini. Semua tergantung pemilik. Karena bisa jadi catnya disamakan dengan cat rumah atau kamar mandi yang sudah ada," ujar Didik.

Program OHOT ini merupakan bukti bahwa keuntungan pengelolaan desa wisata selama ini kembali ke masyarakat. Pariwisata dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Mengingat kehadiran wisatawan ke Dewi Pule yang terus meningkat dan dalam rombongan besar, ketersediaan toilet menjadi sangat penting. Homestay yang bisa menampung lebih banyak tamu, kendati sudah punya toilet, diberi bantuan lewat program ini. Sehingga tingkat antrean ke toilet bisa berkurang. Kenyamanan pun semakin meningkat.

Desa Wisata Pulesari yang berada di sisi Barat Lereng Merapi memiliki pesona alam berupa air sungai yang jernih dan perkebunan salak pondoh tumbuh merata di semua kebun warga.  Pulesari, Wonokerto, Turi kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta berada di ketinggian 400-900 meter di atas permukaan laut. Penduduknya masih memiliki tradisi dan budaya yang relatif masih asli. Ada kegiatan rutin tradisi tahunan yaitu Upacara Adat Pager Bumi yang selalu dilaksanakan setiap Bulan Sapar Rabu Pungkasan. Kesenian lokal seperti kubro siswo, tari Salak, jathilan, karawitan, bisa dinikmati di Pulesari.

Selain itu, beberapa faktor pendukung seperti makanan khas, sistem pertanian dan sistem sosial turut mewarnai sebuah kawasan desa wisata. Dengan sedikit polesan, penambahan sarana dan prasarana bermain, mempercantik lingkungan, berubahlah Pulesari sebagai Dewi Pule. Desa Wisata Pulesari.

Memanfaatkan sungai jernih yang hanya berjarak 200-300 meter terpisah jalan dan kebun salak, dilengkapilah sarana outbond, fun game maupun trekking. Kemudian kekayaan berupa kebun salak pondoh dijadikan inspirasi untuk menjadi atraksi. Selain wisata memetik salak, kemudian dibuatlah paket mengolah salak menjadi berbagai produk olahan.

“Ada 12 olahan salak yang dikembangkan di sini. Di antaranya dodol salak, bakpia, wingko, enting-enting, kerupuk, nastar, madumongso, bakwan, sambal, oseng-oseng, nogosari dan kolak,” ujar Didik .

Apa yang disajikan Dewi Pule ternyata sangat diminati. Trekking sungai dan belajar 12 olahan salak pondoh menjadi favorit. Kini, ratusan orang, mulai dari siswa sekolah dasar, siswa sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas, mahasiswa, maupun pekerja kantoran, berdatangan ke Pulesari. Ada yang hanya satu hari beraktivitas di sini, banyak pula yang menginap. Dengan 46 homestay yang ada, 600 orang rombongan pun bisa ditampung di Dewi Pule.

Sejumlah paket “bermain” maupun live in dengan harga yang sangat hemat bisa didapat di Dewi Pule. Sewa homestay mulai dari sewa satu homestay untuk 10 orang dengan harga Rp 150 ribu atau sekitar Rp 15 ribu per orang hingga yang satu kamar Rp 50 ribu untuk dua orang.

Paket bermain atau satu hari di Pulesari mulai dari Paket Tradisi seharga Rp 50 ribu (minimal 25 paket) hingga yang seharga Rp 100 ribu (minimal 25 paket). Murahnya paket one day tour seharga Rp 50 ribu bisa dilihat dari fasilitas yang akan diperoleh yakni welcome drink (jahe sereh), camilan, fun game, ice breaking, outbound, bumbung bocor, jembatan goyang, titihan bambu, serta makan dan minum sekali.

Sedangkan Paket Live In, mulai dari Paket Tradisi seharga Rp 175 ribu ( minimal 25 paket) hingga harga Rp 265 ribu (minimal 25 paket). Paket seharga Rp 175 ribu ini juga sangat murah karena akan mendapatkan fasilitas welcome drink, camilan, makan–minum tiga kali (malam, pagi, siang), pertunjukan seni, menginap di homestay, senam, outbound, bumbung bocor, jembatan goyang, dan titihan bambu.

(Baca juga: Belajar Sukses dari Desa Wisata Bleberan Gunungkidul)

Menginap di Pulesari, berarti para pengunjung pun turut merasakan suasana pedesaan yang masih asli dengan berinteraksi langsung bersama masyarakat. Ada enam pendopo yang tersebar di desa wisata ini. Pendopo-pendopo inilah yang dipakai untuk kegiatan tamu. Makan bersama untuk tamu disediakan di pendopo-pendopo ini. Makanan untuk tamu disiapkan oleh ibu-ibu kelompok Dasa Wisma. 

“Jadi semuanya terlibat karena Desa Wisata Pulesari memang dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Pariwisata harus menyejahterakan warga,” ujar Didik.

Dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pariwisata II/2017 yang digelar di Hotel Bidakara, Jakarta, beberapa waktu lalu isu pembangunan homestay desa wisata memang menjadi fokus utama. Kementrian Pariwisata menargetkan pembangunan 20 ribu homestay pada tahun ini.

"Amenitas yang disiapkan dalam bentuk homestay itu ditargetkan terbangun 20 ribu di tahun 2017 ini. Lalu 2018 diproyeksikan 30 ribu, dan akhir 2019 ada 50 ribu lagi, total 100 ribu homestay," ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam siaran persnya. 

(Baca juga: Homestay Desa Wisata Jadi Agenda Utama Rakornas Kemenpar)

Dukungan pelatihan terhadap Pokdarwis juga menurutnya harus terus diperkuat. Di bawah Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata, program itu dijalankan di untuk membina pelayanan di banyak desa wisata.  Arief juga bangga dengan desa-desa yang mandiri dan penuh semangat membangun homestay desa wisatanya. 

Salah satu contoh sukses adalah Dewi Pule. Dengan penuh semangat warga desa menyambut wisatawan dengan meningkatkan pelayanan homestay. "Mereka semakin pintar menemukan atraksi, yang bisa dikembangkan dari potensi desa wisatanya," ujar Arief yang salut akan semangat kemandirian warga Dewi Pule. 

 

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement