Kamis 25 May 2017 16:30 WIB

Manado International Conference on Tourism Sepakati Bisnis Rp 5,2 Triliun

 Manado International Conference on Tourism
Foto: kemenpar
Manado International Conference on Tourism

REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Sektor pariwisata di Sulawesi Utara (Sulut) semakin moncer. Manado International Conference on Tourism (MICT) yang digelar, Rabu (24/5) menghasilkan kesepakatan bisnis senilai 400 juta dolar AS atau sekitar Rp 5,2 triliun.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebut pengembangan destinasi itu rumusnya 3A, Atraksi, Akses dan Amenitas. Isu di Sulut itu, ketiga-tiganya sudah kritis. Akses udara, perlu Airports dengan kapasitas besar, dan Airlines yang lebih banyak daya angkutnya. 

"Sedangkan Amenitas, saat ini sangat kurang hotel di Manado! Atraksi juga harus ditambah, agar orang stay lebih lama di Sulut," kata Arief Yahya. 

Investari di akses maupun amenitas itu menjadi isu di pariwisata Sulut. Kegiatan ini diprakarsai Badan Koordinasi Penanaman Modal, didukung  Kementerian Pariwisata, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Pricewaterhouse Coopers, Broadway Malyan dan International Reseach Development Indonesia. 

Kesepakatan tersebut terdiri dari kerjasama bisnis yakni kerjasama investasi antara PMA Cina dengan perusahaan Indonesia terkait pembangunan di Manado Selatan untuk hotel, apartemen, shopping mall dan diving center senilai 200 juta dolar AS dan penyerahan izin perluasan investasi kepada PMA Amerika Serikat terkait akomodasi cottage dan pariwisata di Raja Ampat senilai 200 juta dolar AS.

Selain itu, juga ditandatangani kerjasama antara Dalian Maritime University (Cina) dengan 5 universitas di Indonesia (ITB, Universitas Sam Ratulangi, Politeknik Negeri Manado, Universitas Hasanuddin dan Universitas Negeri Manado).

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong mengakui kesepakatan bisnis yang dihasilkan itu merupakan salah satu bukti nyata menggeliatnya investasi di sektor Pariwisata di Indonesia. "Dua kesepakatan bisnis serta satu kesepakatan terkait dengan pendidikan tersebut merupakan bukti nyata upaya pemerintah untuk meningkatkan investasi di sektor pariwisata dan maritim," ujarnya dalam konferensi pers Invest Manado di Hotel Sintesa Peninsula, Rabu (24/5).

Menurut Thomas, nilai yang dihasilkan oleh kesepakatan bisnis tersebut diluar dari kesepakatan yang dapat diperoleh dalam kegiatan one on one meeting yang hingga kini telah terkonfirmasi diikuti oleh 37 perusahaan dari Cina, Jepang, Singapura, Australia, Persatuan Emirat Arab, dan Korea Selatan. 

 “Dalam forum one on one meeting mereka akan dipertemukan dengan perusahaan maupun pemerintah daerah secara langsung untuk membahas mengenai minat investasi mereka,” kata dia.

Selain itu, terdapat 7 perwakilan kedutaan besar serta asosiasi bisnis asing dari Cina, Thailand, Australia, dan Jepang yang juga akan memanfaatkan kesempatan one on one meeting dengan berbagai pihak terkait investasi pariwisata di Indonesia. Kegiatan Invest Manado bertujuan untuk memberikan gambaran destinasi investasi di Sulawesi Utara sekaligus mempopulerkan tujuan pariwisata di Manado.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan bahwa l isu konektifitas menjadi penting untuk menopang pertumbuhan sektor pariwisata Sulut. “Isu konektifitas tersebut menyangkut One Belt One Road (OBOR) yang dicanangkan oleh Presiden Xi Jinping yang didalamnya terdapat empat komponen utama yakni kawasan industri, pembangunan kota baru, pembangunan airport dan pelabuhan baru serta destinasi pariwisata,” lanjutnya.

Arief menilai potensi konektifitas tersebut akan sangat besar apabila dapat dikapitalisasikan dalam suatu proyek investasi bersama baik dengan Cina maupun dengan investor dari negara-negara lainnya. “Contohnya untuk rute kapal pesiar (Cruise Ship) bisa dikembangkan dari Bali ke Mandalika, Labuan Bajo, Wakatobi, Banggai, Toegan, kemudian ke Bunaken, selanjutnya Morotai, Raja Ampat dan terakhir di Tual,” ungkapnya.

Senada dengan Menteri Pariwisata, Staf Ahli Menteri Perhubungan Wihana Kirana Jaya menyampaikan bahwa lima isu strategis yang saling terkait dalam melakukan sinergi konektifitas dan pariwisata di Sulawesi Utara adalah perekonomian global, perekonomian Indonesia, konektifitas, sektor pariwisata serta destinasi pariwisata yang dapat diakses dengan mudah.  

Sedangkan Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey selaku kepala daerah menyatakan kesiapannya untuk memfasilitasi investor di sektor pariwisata yang akan mengembangkan destinasi pariwisata di Sulawesi Utara. “Sulut dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi mencapai 6,5 persen sejak 2010 hingga 2016 menunjukkan bahwa perekonomian Sulut sangat prospektif dan menarik bagi investasi baik asing maupun domestik,” kata dia.

sumber : kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement