Ahad 21 May 2017 13:06 WIB

Ardjo Gelar Diskusi Wisata Halal di Yogyakarta

Para pembicara dan peserta berfoto bersama usai diskusi bertajuk Peluang dan Potensi Wisata Halal di DIY di Yogyakarta, Sabtu (21/5).
Foto: Ardjo
Para pembicara dan peserta berfoto bersama usai diskusi bertajuk Peluang dan Potensi Wisata Halal di DIY di Yogyakarta, Sabtu (21/5).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ar-Rahmah Djogdjakarta (Ardjo) Consulting Firm pada Sabtu (20/5) kemarin menggelar diskusi bertajuk 'Peluang dan Potensi Wisata Halal di DIY' di Yogyakarta. Diskusi yang dibuka oleh perwakilan dari Pakualam X itu menghadirkan pembicara di antaranya Sekretaris Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal Kementerian Pariwisata RI, M Tazbir; Kepala Bidang Pemasaraan Dinas Pariwisata DIY, Imam Pratanadi; dan pemerhati wisata halal, Unggul Priyadi.

"Sebagai bagian dari masyarakat DIY kami merasa perlu membantu pemerintah daerah setempat untuk meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah). Karena DIY merupakan daerah tujuan wisata, maka kami fokus untuk menggarap potensi wisata halal," kata Ketua Ardjo, Dr Najib Gisymar, dalam siaran pers yang diterima Republika, Ahad (21/5).

Najib memaparkan, menurut data Kementerian Pariwisata, jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia selama 2016 sebanyak 12,02 juta jiwa. Angka tersebut disumbangkan dari negara Singapura (1,47 juta), Cina (1,45 juta), Malaysia (1,22 juta), dan Australia (1,19 juta). Dari jumlah tersebut, 400 ribu orang yang datang ke Yogyakarta. Sedangkan wisatawan dari Timur Tengah yang mengunjungi Yogyakarta baru antara 3.000 sampai 5.000 orang.

Meskipun demikian, kata Najib, kunjungan wisatawan Muslim dari Timur Tengah menunjukkan tren meningkat seiring promosi wisata halal. Menurut data Kementerian Pariwisata, pada 2016 jumlah kunjungan wisatawan dari Arab Saudi sebanyak 186.654 orang, Mesir (14.325), Oman (12.423), Yaman (9.330), Uni Emirat Arab (8.220), Kuwait (6.201), Bahrain (2.151), dan Qatar (1.685).

"Potensi wisatawan muslim itu akan terus meningkat seiiring dengan gencarnya promosi wisata halal yang dilakukan pemerintah," kata Najib yang berprofesi sebagai pengacara itu.

Dalam acara diskusi kemarin juga diluncurkan Ardjo Bisnis Syariah, sebuah lembaga bentukan Ardjo yang khusus menangani masalah-masalah bisnis syariah, termasuk di dalamnya wisata halal. Pembentukan lembaga tersebut didasari pemikiran bahwa pertumbuhan bisnis syariah dan wisata halal berkembang pesat di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Najib mengatakan, pesatnya pertumbuhan wisata halal ini disadari oleh semua negara seperti Jepang, Korea Selatan, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, dan lain-lain. Mereka pun berlomba menjadi destinasi wisata ramah Islam. "Upaya-upaya yang dilakukan untuk memenuhi standarisasi halal di antaranya hotel dan restoran yang memiliki sertifikat halal serta penyediaan masjid atau mushola di berbagai lokasi publik," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement