Sabtu 20 May 2017 16:34 WIB

Belajar Sukses dari Desa Wisata Bleberan Gunungkidul

Wisatawan mendatangi Desa Wisata Bleberan di Gunungkidul, Jawa Tengah
Foto: Kemenpar
Wisatawan mendatangi Desa Wisata Bleberan di Gunungkidul, Jawa Tengah

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGKIDUL –- Desa Wisata Bleberan di Playen, Gunungkidul, merupakan salah satu contoh desa wisata sukses yang dikelola manajemen Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Kesuksesan desa wisata ini bahkan mendatangkan perwakilan dari desa-desa lain untuk “mencuri” ilmu pengelolaan desa ini.

Sudah semua provinsi di Indonesia mengirimkan wakilnya belajar di desa wisata ini. Sejumlah kementerian juga datang belajar ke sini. Seperti pada Kamis (18/5) lalu, tampak rombongan dua bus besar dari Kementerian Keuangan memadati Pendopo Balai Desa ini. 

Inilah Desa Wisata Bleberan dengan Objek Wisata unggulan Sri Gethuk. Desa ini berada di Kecamatan Playen, Gunungkidul. Berjarak sekitar 25 km dari pusat kota Yogyakarta, jalan aspal mulus melintas di desa ini. Untuk mencapai Desa Bleberan bisa ditempuh dari jalur Yogyakarta menuju Piyungan lalu Patuk kemudian Gading dan tiba di Bleberan atau lewat jalur Yogyakarta-Imogiri-Bleberan.

Ketua Pengelola Desa Wisata Bleberan Tri Harjono mengatakan Desa Wisata Bleberan sebenarnya adalah Desa Wisata Alam dengan Air Terjun Sri Gethuk sebagai ikonnya. Pengelolaan wisatanya dikelola dalam manajemen BUMDes. Desa ini sudah ada sejak 2007 saat yang lain belum mengenal BUMDes.

Keberhasilan model pengelolaan pariwisata lewat BUMDes ini menurut Tri, lantas menjadi contoh bagi daerah lain. Rombongan perangkat desa, sekolah, instansi pemerintah berduyun-duyun datang ke sini untuk belajar. Sebenarnya BUMDes tidak hanya mengelola pariwisata. Pariwisata hanya salah satu bidang garapan BUMDes.

"Lewat BUMDes ini terjadi peningkatan PAD (Pendapatan Asli Desa) Desa. Untuk tahun 2016 lalu, PAD Desa dari BUMDes sebesar Rp 250 juta," kata pria yang juga Kepala Desa Bleberan 1996-2014 ini.

Kedatangan tamu ini, seringkali tak cukup dalam sehari. Mereka harus bermalam untuk melanjutkan kegiatan di hari berikutnya. Peluang ini ditangkap pengelola dengan menyediakan penginapan berupa homestay. Rumah warga yang memenuhi standar didata untuk menerima tamu. Saat ini tercatat 15 homestay di Bleberan, dengan kamar dan ruang tamu yang umumnya besar-besar. 

Homestay Bonang milik Pak Mugiyono misalnya. Punya gazebo ruang tamu yang luas di depan rumah. Di depan homestay ada sawah tadah hujan. Di belakang sisi kanan juga ada sawah. Ruang dalam rumahnya pun sangat luas. Juga ruang televisi di depan tiga kamar yang biasa disewakan.

"Kalau rombongan dinas bisa muat 10 orang. Tapi kalau rombongan anak sekolah atau mahasiswa bisa lebih banyak, 20 anak pun masuk karena mereka bisa tidur di ruang televisi atau ruang tamu dalam," kata Oki Basirudin, Tim Promosi Desa Wisata Bleberan yang mengantar berkeliling ke homestay-homestay di desa ini, Kamis (18/5) lalu.

Ruangan besar juga terlihat di Homestay Mbak Simoek. Teras depan berupa pendopo berukuran besar, di halaman depan ada lapangan badminton dan kolam ikan. Di samping rumah ada tanaman jati dan pisang. Di ruang tamu tertata dua set kursi tamu kuno. Ada empat kamar tidur, dengan satu kamar tidur dilengkapi kamar mandi dalam serta berpendingin udara.

Pengelola Desa Wisata Bleberan juga menyediakan berbagai atraksi bagi para tamunya. Selain permainan air di obyek utama Air Terjun Sri Gethuk, ada berbagai paket lainnya. Di desa wisata ini tamu bisa belajar pengelolaan BUMDes, manajemen koperasi, manajemen desa wisata, batik topeng, membuat tiwul maupun berkebun.

Pertanian di kawasan ini mendapat asistensi dari sebuah Yayasan dari Korea Selatan, Saemaul Undong. “Ada orang Korea yang menetap di desa ini selama setahun ini,” katanya.

Pengelola menetapkan paket tinggal di desa tersebut dengan tarif Rp 390 ribu per paket minimal 20 paket. Harga paket dua hari satu malam ini mendapat fasilitas biaya masuk objek wisata, homestay satu malam, makan tiga kali, makanan ringan dua kali, minuman selamat datang, sound system, live wayang kulit dengan pemain gamelan full empat jam, live jathilan, belajar musik gamelan, belajar memainkan wayang, wisata situs purbakala, pemandu, body rafting, pelampung, live bambu gila, hingga dokumentasi, Wisata air terjun Sri Gethuk.

Ada pula berbagai paket kecil misalnya Paket Body Rafting, Paket Outbond, Paket Makrab atau Paket Edukasi. Paket Body Rafting dibanderol seharga Rp 50 ribu per paket dengan kapasitas tiket masuk, pemandu, naik perahu, sewa pelampung, body rafting dan asuransi serta jemputan shuttle. Ini karena jarak Air Terjun Sri Gethuk dengan lokasi homestay atau Pendopo Balai Desa Bleberan cukup jauh. Jadi wisatawan bisa diantar jemput ke dan dari lokasi.

Paket Outbond atau Meeting di dalam Goa senilai Rp 50 ribu per paket. Dengan fasilitas ice breaking, gamteam building, mentality, fasilitator dan dokumentasi. "Harga-harga bisa berubah menyesuaikan jumlah peserta dan request khusus wisatawan," kata Oki.

Menteri Pariwisata mengacungkan jempol untuk Desa Wisata Bleberan dengan Objek Wisata unggulan Sri Gethuk itu. Menurutnya, semakin banyak desa yang kompak mengelola destinasinya, semakin maju ekonomi warganya, semakin sejahtera masyatakatnya. Investasi di pariwisata itu menurut Arief berdampak “karambol” ekonomi hingga 170 persen. 

Desa-desa yang berhasrat mengembangkan wisatanya juga bisa belajar dari Bleberan. Baik manajemen destinasi, sampai penataan kawasan yang berprinsip dari, oleh dan untuk masyarakat. "Benchmark itu cara yang paling cepat untuk maju, silakan belajar dari yang sudah maju," ujar Arief.

 

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement