Kamis 18 May 2017 16:12 WIB

Yuk, Jelajahi Lima Situs Peninggalan Kerajaan Airlangga dan Singosari

Bagian dari Candi Jawi di Pasuruan, Jawa Timur
Foto: Wikipedia
Bagian dari Candi Jawi di Pasuruan, Jawa Timur

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Jawa Timur memiliki sejumlah situs yang bernuansa wisata budaya, seperti petilasan era jaman Kerajaan Airlangga dan Singosari. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya akan mengajak wisatawan menelusuri lima situs peninggalan Kerajaan Airlangga dan Singosari tersebut pada  Sabtu (20/5) mendatang.

LPPM ITS akan menggelar acara jelajah tersebut dengan tema "Jelajah Teknologi Patirtaan Prabu Airlangga". Koordinator Kajian Bencana Pusat Studi Kebumian Bencana dan Perubahan Iklim (SKBPI) LPPM ITS, Dr Amien Widodo, mengatakan ini merupakan salah satu bentuk pengembangan industri kreatif bidang pariwisata budaya. Namun ITS menurutnnya mencoba lebih menekankan teknologi patirtaannya (irigasi) pada situs-situs yang akan disinggahi.  

Menurut Amien, pengembangan industri kreatif bidang pariwisata harus didukung banyak pihak. Sehingga bisa cepat berkembang dan bermanfaat bagi semua elemen masyarakat. ‘’Provinsi Jawa Timur mempunyai banyak jenis wisata yang menarik dan sudah menjadi tujuan wisata dalam negeri maupun luar negeri. Tapi perlu kemasan yang lebih baik lagi,’’ ujarnya melalui siaran pers, Kamis (18/5). 

Jelajah situs akan berawal dari Candi Jawi, yang terletak di antara kaki Gunung Penanggungan dan kaki Gunung Welirang. Tepatnya di Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan. 

Teknologi patirtaan yang bisa dikaji di candi ini adalah parit atau kolam yang mengelilingi candi Jawi. Parit itu memiliki kemampuan menyalurkan air untuk areal persawaan di sekitarnya. ‘’Jadi jelajah situs ini lebih menitikberatkan pada teknologi di masa itu,’’ kata Amien. 

Selanjutnya peserta jelajah situs nanti akan dibawa ke Prasasti Cunggrang. Prasasti Cunggrang ini dibuat oleh Mpu Sendok, sang Pendiri Wangsa Isyana Kerajaan Medang (Mataram Kuno) pada tanggal 18 September tahun 851 Saka atau 929 Masehi.  

Prasasti ini dibangun sebagai ucapan terima kasih kepada penduduk Dusun Cunggrang yang sekarang disebut dengan Dusun Sukci. Sebab mereka telah bergotong royong merawat pertapaan, prasada, dan pancuran air di Gunung Penanggungan yang saat itu disebut dengan Pawitra.

Kemudian peserta akan diajak ke Candi Sumber Tetek atau Petirtaan Belahan, juga dikenal dengan Candi Belahan. Sebuah pemandian bersejarah dari abad ke-11, pada masa kerajaan Airlangga. Petirtaan Belahan terletak di sisi timur Gunung Penanggungan, tepatnya di Dusun Belahan Jowo, Wonosunyo, Kecamatan Gempol.  

Pemandian ini berbentuk kolam persegi empat yang mendapat pasokan air dari sebuah sungai kecil. Teknologi yang bisa dikaji disini adalah bagaimana membendung air, untuk pengairan sawah di masa Airlangga. 

Peserta juga akan dibawa ke Candi Jedong dan berakhir di Candi Jolotundo yang terletak di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto. Candi Jolotundo ini juga dibangun pada masa kerajaan Airlangga. 

Menurut Amien, selama menjelajah lima situs itu, pihaknya akan mengundang secara khusus pengamat sejarah Dwi Cahyono, yang juga pendiri Museum Malang Tempo Doeloe. ‘’Pak Dwi nantinya banyak menjelaskan tentang lima situs itu dari sisi sejarah,’’ katanya. 

Penjelajahan itu akan memakan waktu sehari penuh. Para peserta tidak dipungut biaya, namun mereka membawa kendaraan masing-masing. sebab panitia tidak menyediakan transportasi khusus untuk penjelajahan tersebut. 

‘’Mungkin nanti ada paket wisata menjelajah lima situs ini. Nah, itu melibatkan swasta atau biro perjalanan wisata. Kami disini hanya ingin memacu terbentuknya iklim wisata budaya mengenal lima situs itu. Sehingga kedepannya biar masyarakat yang mengembangkannya,’’ kata Amien yang menyerukan peserta agar hadir pukul 07.30 WIB di Candi Jawi di Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan.

Menanggapi hal itu Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi jelajah situs yang merupakan wisata budaya tersebut. Menurut Arief konsep ini bisa dilakukan di banyak daerah di tanah air, seperti Yogyakarta Solo dan Semarang yang kaya akan cerita sejarah, legenda, dan masih ada wujud fisik situsnya. 

"Nah, di sinilah diperlukan storyline, yang bersumber dari cerita sejarah atau legenda yang menarik buat wisatawan," kata Arief.

sumber : Kemenpar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement