REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK -- Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi inisiatif Kota Mataram untuk merevitalisasi Kota Tua Ampenan, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kota pelabuhan yang sudah ada sejak zaman kolonial itu bakal digarap dengan serius menjadi salah satu ikon destinasi andalan Kota Mataram.
Menurut Arief, gagasan ini perlu segera direalisasi untuk menjaring wisatawan mancanegara yang semakin melirik Lombok. Terutama wisatawan Timur Tengah yang selama ini lebih banyak terbang ke Thailand dan Malaysia.
"Lombok sudah dua tahun berturut-turut dinobatkan sebagai World's Best Halal Destination, karena itu harus mengoptimalkan semua potensinya," kata Arief melalui siaran persnya, Selasa (16/5).
Sejak dua tahun lalu, Ampenan sudah diusulkan menjadi seperti Bukit Bintang di Kuala Lumpur. Lokasi ini akan dilengkapi tempat wisata kuliner dan arena nongkrong wisatawan dengan pedestrian yang luas, bersih serta berlatar gedung-gedung tua yang arsitekturalnya masih utuh. Semua syarat atraksi itu ada di Ampenan.
Sedangkan amenitasnya, bisa berpatokan ke kawasan Masjid Sultan di Distric Rochor, Singapura. Masjid Sultan merupakan wilayah kota lama, yang dipertahankan seluruh arsitektur bangunannya dan menjadi destinasi favorit wisatawan.
"Lombok itu sudah menjadi destinasi nomor sembilan Asia pilihan travellers di TripAdvisor 2017. Lombok punya pantai-pantai bagus, pasir putih dan pasir pink. Lombok punya underwater yang istimewa. Lombok punya Rinjani, dengan kaldera yang berkelas dunia. Punya pertanian yang subur dan bisa bertanam padi sepanjang tahun. Sebagai destinasi, pulau ini lengkap," ujar Arief.
Ampenan, kata dia, akan melengkapi sebagai wisata berbasis warisan sejarah dan kota pelabuhan yang lebih dekat menyeberang ke Bali. Apalagi menurutnya wisata bahari Indonesia sedang terus berbenah dengan berbagai marina atau pangkalan yacht, dan dermaga tempat kapal pesiar merapat.
Arief melanjutkan, NTB mempunyai Pantai Kuta, Pantai Seger, dan Pantai Tanjung Aan di Lombok. NTB punya kuliner yang mendunia, ayam taliwang yang kelezatannya tak perlu diragukan lagi. "Sempurna kalau Ampenan segera hidup sebagai destinasi di Mataram," kata Arief.
Sama seperti Kota Tua Jakarta, Kota Tua Ampenan memiliki puluhan bangunan bersejarah peninggalan era Hindia Belanda. Tidak hanya bangunan berarsitektur Belanda, banyak gedung bernuansa Tiongkok yang masih berdiri.
Ampenan juga memiliki beberapa kampung yang heterogen. Di antaranya, Kampung Tionghoa, Kampung Bugis, Kampung Melayu, Kampung Banjar, Kampung Arab, dan Kampung Bali.
Pada masa lalu, Ampenan merupakan salah satu pusat perekonomian dan perdagangan. Hal itu dapat dilihat dari sisa-sisa reruntuhan konstruksi armada di pinggiran Pantai Ampenan. Reruntuhan itu sudah menjadi salah satu destinasi wisata bagi pelancong.
Selama ini, Ampenan dinilai sebagai titik yang pas untuk menyeberang ke Bali. Dari Karang Asem ke Ampenan hanya butuh satu jam, sedangkan jika menyeberang dari Padang Bae ke Lembar butuh waktu hingga lima jam.
Untuk mewujudkan konsep menjadikan ikon Mataram itu, Wali Kota Mataram Ahyar Abduh sudah menggelar pertemuan dengan beberapa pihak terkait, pada 12 Mei 2017 lalu. Anggota Tim Percepatan 10 Top Destinasi Prioritas, T Rahmadi, melaporkan para pejabat di Pemerintah Kota Mataram, Pemerintah Provinsi NTB, serta anggota Tim 10 Kementerian Pariwisata sudah bertemu di Kantor Walikota Mataram.
Pekan lalu juga dilaporkan Rahmadi, ada pertemuan antara Wakil Gubernur NTB H. Muh Amin dengan Executive General Manager Royal Brunei Airlines, Brett McDougall. Mereka membahas rencana pembukaan rute baru Lombok-Brunei Darussalam di tahun ini.
Hingga saat ini Royal Brunei baru memiliki tiga rute penerbangan di Indonesia, yaitu ke Jakarta, Surabaya, Denpasar. Dalam pertemuan ini hadir pula General Manager Lombok Internasional Airport yang di dampingi Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTB, Lalu Faozal.