Sabtu 22 Apr 2017 11:19 WIB

Dari Dangdut, Rock, Politik: Iris Telinga Jangan Hanya Sesumbar!

Si Raja Dangdut, Rhoma Irama, tetap seorang bintang yang menjadi magnet dalam tiap penampilannya bersama Group Soneta.
Foto:
Tagar #SaveHajiLulung

Tak hanya di dalam politik aksi iris potong telinga pernah menjadi polemik seru pada dunia musik Indonesia. Situasi ini muncul pada pertengahan tahun 1970-an ketika ada perseteruan yang keras antara pendukung musik rock dan dangdut. Saat itu kedua kubu saling ejek bahkan caci maki. (Tidak terbayang kalau saat itu sudah ada media sosial).

Kubu musik rock mengolok-olok sampai habis-habisan kubu musik dangdut. Mereka mengatakan musik dangdut musik kampung, kelas comberan, bahkan sampai keluar sumpah serapah tak pantas: Dangdut musik tai kucing! Uniknya, di situlah sebutan musik dangdut muncul yang sebelumnya dikatakan 'musik melayu'. Sebutan dangdut semula dimaksudkan untuk mengejek bunyi kendang atau tabla: dang ..dut..dang..duuuut!

Adanya ejekan itu kemudian dibalas oleh pendukung dangdut dengan tidak kalah keras. Mereka menyebut rock musik syetan, musik tak bertuhan, musik kaum urakan, musik sok kebaratan, musik anak agotukung (anak gondrong tukang kangkung), dan lainnya. Mereka pun makin geram ketika pada saat yang sama beberapa 'elite musisi Indonesia' menyerukan kepada pemerintah atau penguasa rezim keamanan Orde Baru agar melarang musik dangdut.

Aksi ejek mengejek itu juga kemudian beralih ke atas panggung. Setiap kali ada konser dangdut aneka sepatu, sandal, kayu, dan batu dilemparkan ke atas panggung. Bahkan, ketika pentas di Pantai Ancol saat itu Oma Irama hampir saja terkena tikaman pisau dari seorang penonton yang merangsek naik ke panggung.

Tentu saja, aksi balasan juga dilakukan oleh penggemar rock. Setiap kali ada pentas rock berbagai sepatu, sandal, dan batu pun disambitkan ke atas panggung. Di beberapa kesempatan pertunjukan musik, aksi perkelahian antara pendukung rock dan dangdut kala itu pun sudah mulai sering terjadi.

Jejak persaingan itu terekam dalam kliping 'Majalah Aktuil' yang disimpan salah satu wartawannya abang 'Buyunk Aktuil'. Pada edisi Januari 1976 termuat kerasnya pertarungan itu. Bahkan, begitu geramnya masa kubu musik dangdut sudah mendatangi rumah Oma Irama untuk meminta izin memotong telinga dedengkot Grup Rollies: Benny Soebardja, yang menurut mereka sudah bertindak berlebihan dengan merendahkan musik dangdut. Judul beritanya adalah 'DUEL MEET MEET ROCK VS DHANGDUT ANTI KLIMAKS.'

Isi berita di majalah itu sebagai berikut:

Perseteruan rock vs dhangdut semakin meruncing setelah Deddy Dores dan Oma Irama saling melontarkan pernyataan keras di majalah Aktuil,sementara Benny Soebardja biang permasalahan buru2 buka suara minta maaf.Namun tak urung sekelompok penggemar fanatik Oma Irama mendatangi kantor redaksi majalah Aktuil menanyakan alamat gitaris Giant Step dengan tujuan ingin menyumpal cangkemnya supaya jangan asal buka mulut tanpa dasar.

Melihat gejala yang tak sehat ini majalah Aktuil mengadakan pendekatan kepada semua pihak yang berseteru,untuk mempertemukannya dalam sebuah forum terbuka bertajuk "Diskusi Musik Hard Rock vs Dhangdut".

Oma Irama yang semula bersedia hadir,sang kaisar dhangdut hanya mengirim kertas kerja serta salam damai.Dalam kertas kerjanya Oma mengharapkan jangan ada kata2 yang menganggap dhangdut musik kampungan,sementara rock dianggap musik orang kotaan.

"Pada hemat saya anggapan semacam ini bukan keluar dari masyarakat pencinta musik,tapi dari musisi2 sendiri yang omong sesuka hati memperkeruh suasana.Dari diri saya pribadi tidak terlalu merisaukan,karena masyarakat kebanyakan yang kritis menanggapinya"tulis Oma Irama.

Bens Leo yang hadir dalam diskusi Rock vs Dhangdut menceritakan bahwa Oma Irama didatangi fansnya yang bakal menyerahkan telinga Benny seminggu kemudian.Ia bertindak nekad karena tidak terima atas omongan kotor Benny tentang musik dhangdut. Dan Oma mengatakan tak perlu hal itu terjadi seandainya Benny tidak sembarangan omong dihadapan wartawan yang tak bisa disalahkan, karena tugasnya mencari berita sebanyak mungkin.

Adanya perseteruan sengit itu dibenarkan oleh Pegiat Musik Melayu, Geiz Chalifah. Di dua majalah musik yang terbit saat itu, yakni Aktuil dan Top, pertarungan dangdut dan rock jelas terlihat. Bahkan, puncak dari ancaman kekerasan yang membuat adanya keinginan untuk potong telinga, berasal dari omongan Benny Subarja yang mengatakan dangdut musik tai anjing.

"Saya membeli majalahnya. Ucapan Benny Subarja saat itu yangg menjadi ramai: dangdut tai kucing!,'' katanya. Karena dinasihati Oma Irama maka keinginan masa dangdut untuk memotong telinga Beny diurungkan.

Akhirnya, janji akan iris telinga -- diluar masa awal Majapahit -- memang terbukti hanya sesumbar saja. Dan kalau ingin disebut kesatria maka lakukan saja seperti yang dicontohkan Raja Kertanegara.

Ingat janji adalah utang yang harus dibayar!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement