Rabu 12 Apr 2017 17:14 WIB

Asyik, Jin Air Korea Siap Terbang ke Lombok

Sepasang wisatawan memperhatikan siluet Gunung Rinjani saat Sunrise (matahari terbit) di pinggiran pantai Gili Trawangan, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Tanjung, Lombok Utara, NTB, Jumat (24/2).
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Sepasang wisatawan memperhatikan siluet Gunung Rinjani saat Sunrise (matahari terbit) di pinggiran pantai Gili Trawangan, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Tanjung, Lombok Utara, NTB, Jumat (24/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maskapai penerbangan berbiaya murah asal Korea Selatan, Jin Air, dipastikan siap menerbangkan pesawat berbadan lebar Boeing 777 ke Lombok, Nusa Tenggara Barat. Jin Air akan menjadi pendongkrak jumlah wisman Korea ke destinasi yang sedang dipersiapkan menjadi ‘10 Bali Baru’ itu.

"Saya sudah dapat resmi dari Chairman Korean Air, bahwa anak perusahaannya Jin Air sudah siap menerbangkan Boeing 777 ke Lombok," kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong seusai pertemuan di Kemenko Kemaritiman Jakarta, Senin (10/4).

Kabar baik ini merupakan hasil dari One on One meeting Menpar Arief Yahya dengan Vice President Jin Air Lee Kuang  Juni  2016 lalu. Lantas apa yang membuat Jin Air mau terbang ke Lombok? Mengapa juga maskapai Low Cost Carrier (LCC) itu mau bersusah payah menjelajah terbang ke destinasi selain Bali?

Soal ini, Menpar Arief Yahya sebetulnya sudah mendapatkan gambarannya pada one on one meeting dengan Vice President Jin Air, Lee Kuang, Juni 2016 silam. Pertama, Jin Air yang merupakan LCC anak perusahaan Korean Air melihat ada peluang pasar yang sangat besar di Lombok. Potensinya diyakini tak kalah dengan rute ke Makau, Guam, Bangkok, Honolulu, Hawaii, Phuket, Kinabalu, Laos, dan Filipina, yang sudah lebih dulu dijelajahi Jin Air.

Yang kedua, pesona wisata Lombok tak pernah berhenti berdetak. Namanya kian ngehits di telinga traveller dunia lantaran kesuksesannya menyambar 2 gelar juara dunia di World Halal Tourism Award (WHTA) 2015 dan 3 gelar juara dunia WHTA 2016.

Poin yang ketiga, kawasan Lombok sedang dipersiapkan menjadi ‘10 Bali Baru’. Dari mulai bahari, heritage, religi, homestay, hotel, bandara, semua dibangun dan di-upgrade dengan standard global.

Namun, keinginan tadi dihadapkan pada persoalan sulitnya mendapatkan izin untuk mendarat ke Lombok. Selain itu, promosi untuk menjual paket wisata dengan tujuan Lombok Indonesia tak bisa dilakukan Jin Air sendirian. Yang diinginkan Jin Air pada 2016 silam, izin slot terbang ke Lombok bisa diurus dengan cepat. Satunya lagi, Jin Air melakukan joint promotion dengan Kementerian Pariwisata untuk menjual paket wisata dengan tujuan Lombok Indonesia.

Sejumlah pengunjung bermain kano di pinggiran Pantai Nipah, Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Tanjung, Lombok Utara. (antara/Ahmad Subaidi)

Menpar Arief Yahya pun menyanggupi dua hal itu. Perercepat pengurusan izin mendarat dan beroperasi di Indonesia secara intensif dibantu Menpar dengan Kementerian dan lembaga terkait. Begitu juga bersama-sama mempromosikan paket terbang ke Indonesia.

Soal Air Connectivity, menteri asal Banyuwangi memang tak ingin main-main. Item ini menjadi salah satu program prioritas yang sedang digeber Kemenpar di 2017. Dari rumus 3A (Atraksi, Akses dan Amenitas, red), yang kerap dilontarkan Menpar Arief Yahya, persoalan akses masuk berada dalam barisan yang sangat krusial.

“Soal Atraksi saya yakin potensi Indonesia dan di semua daerah itu bagus. Culture, nature dan man made-nya bisa diandalkan. Tetapi soal akses, itu tidak bisa diabaikan. Sebaik, seindah, sesempurna apa pun, kalau tidak ada 'jembatan masuk', terus mau lewat mana wisman itu datang," katanya.

Karenanya, niatan Jin Air tadi langsung memberi angin segar bagi masa depan pariwisata Indonesia. Ada optimisme baru yang terbangun. Apalagi, saat ini runway Bandara International Lombok sudah bagus. Sudah bisa didarati pesawat langsung dari negaranya. Terminalnya juga sudah bagus. "Slot-nya juga masih terbuka," kata dia.

Setelah Atraksi oke, Akses dibuka, Amenitas juga ikut digeber Menpar Arief Yahya. Dari paparannya, sebuah destinasi tanpa didukung amenitas, seperti hotel, homestay, convention, restoran, kafe, transportasi lokal, mal, toko suvenir, dan lainnya, juga tidak akan bisa menarik wisatawan. "Fasilitas ini juga harus ada, dan siap untuk membuat destinasi itu kuat. Tiga A itu adalah kebutuhan dasar sebuah destinasi itu akan hidup. Itu harus dikejar dan dikebut terus," kata Arief Yahya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement