REPUBLIKA.CO.ID, Istri sering dijadikan menteri keuangan di dalam keluarga, pasalnya menurut penelitian, wanita akan lebih pandai mengatur dan merencanakan keuangan dibandingkan pria. Menjadi menteri keuangan tidaklah mudah karena istri harus memegang seluruh keuangan yang dibutuhkan untuk memenuhi keperluan keluarganya.
Istri dituntut untuk pandai dan cermat dalam mengatur keuangan rumah tangganya dan bertanggung jawab atas kebutuhan keluarga dengan uang yang didapatkan oleh suaminya. Istri yang pandai mengelola keuangan keluarga dapat mendatangkan manfaat dan membuat keluarganya lebih sejahtera.
Tidak hanya untuk masa sekarang, keuangan yang dikelola dengan baik dapat menjamin masa depan keluarga yang baik pula. Tetapi mengatur keuangan keluarga sangat memusingkan dan membutuhkan perhatian yang cukup besar. Bagi Anda yang bingung dengan cara yang tepat untuk mengatur keuangan keluarga, berikut adalah tips yang dapat dilakukan.
Kenali keuangan keluarga dengan baik
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui kondisi keuangan keluarga yang meliputi pengeluaran, pemasukan, utang, piutang dan aset. Seluruh pos tersebut harus didaftar secara detil sehingga Anda mengetahui dengan benar dan teliti kondisi keuangan keluarga.
Hal ini bertujuan agar Anda mengetahui posisi keuangan keluarga, apakah sedang kekurangan (defisit) atau berlebih (surplus). Kondisi keuangan keluarga juga dapat dijadikan tolak ukur kemampuan ekonomi keluarga.
Selain itu, dengan mengetahui posisi keuangan keluarga, Anda dapat menentukan langkah apa yang paling tepat untuk dilakukan selanjutnya. Misalnya investasi macam apa yang sesuai dengan kemampuan finansial Anda, atau kebutuhan seperti apa yang sanggup dibeli oleh keluarga, atau mana tagihan bulanan yang harus dilunasi terlebih dahulu.
Menyusun rencana keuangan bulanan
Langkah selanjutnya adalah menyusun anggaran bulanan keluarga, dan sebisa mungkin Anda menyusun rencana keuangan ini sesaat setelah mendapatkan gaji agar uang anda masih utuh dan tidak dihabiskan. Dalam menyusun rencana keuangan, Anda harus mengupayakan agar alokasi pendapatan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga selama satu bulan ke depan.
Jika ada sisa dana, sebaiknya jangan langsung dibelanjakan atau digunakan untuk membeli sesuatu yang tidak penting. Sebaiknya bentuklah pos dana darurat di mana pos ini hanya akan digunakan apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan memerlukan biaya yang cukup besar, misalnya biaya rumah sakit jika ada anggota keluarga yang kecelakaan atau anggota keluarga yang sakit.
Mengenali perbedaan kebutuhan dan keinginan
Sebagai menteri keuangan, Anda harus mengetahui perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan adalah sesuatu keperluan yang jika tidak dipenuhi agar mengurangi kesejahteraan keluarga Anda, contoh barang kebutuhan adalah beras sebagai makanan pokok. Sedangkan keinginan adalah hal yang jika tidak dipenuhi tidak akan merugikan Anda atau anggota keluarga lainnya.
Pengeluaran yang bersifat keinginan tidak perlu dipenuhi segera, terlebih apabila kondisi keuangan keluarga belum memungkinkan. Jika suami atau anak ingin membeli sesuatu yang bersifat keinginan, Anda seharusnya mengajari mereka dan memberikan mereka pengertian bahwa keuangan keluarga belum sanggup mencukupi keperluan tersebut.
Hindari belanja impulsif
Wanita identik dengan perilaku belanja yang konsumtif, dan seringkali perilaku belanja seperti ini yang menjadi virus bagi kondisi finansial sesuatu keluarga. Diskon atau promo-promo potongan harga sangat meningkatkan kemungkinan impulse buying, suatu kondisi belanja berdasarkan keinginan yang timbul karena melihat suatu produk yang menyenangkan atau menarik.
Sebaiknya sebelum pergi berbelanja, susunlah daftar belanja terlebih dahulu dan turuti daftar belanja tersebut. Kalau perlu, bawalah uang tunai pas-pasan sehingga anda dapat menahan diri untuk tidak konsumtif. Anda pun dapat mengurangi frekuensi mengunjungi pusat perbelanjaan. Dengan cara-cara seperti ini, Anda akan perlahan mengontrol perilaku belanja.
Jadilah menteri keuangan yang bertanggung jawab
Walaupun Anda bukanlah tulang punggung keluarga, Anda tetap harus mengetahui sulitnya mencari nafkah. Oleh karena itu, sebisa mungkin Anda menjadi menteri keuangan yang bertanggung jawab dan tidak menghamburkan uang yang dihasilkan oleh suami. Prioritaskan kebutuhan keluarga daripada kebutuhan pribadi, dengan begitu, Anda akan lebih mudah mengambil keputusan.
Artikel ini merupakan kerja sama antara Republika.co.id dengan Cermati.com, portal pembanding produk keuangan Indonesia