REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Hari Puisi kembali menggelar Anugerah Hari Puisi Indonesia (HPI) 2016. Ajang apresiasi puisi tahunan tersebut rencananya bakal digelar pada Rabu (12/10) bertempat di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta.
Salah satu dewan juri Anugerah HPI 2016, Maman S Mahayana mengatakan, Anugerah HPI 2016 sengaja diadakan untuk memberikan penghargaan kepada para penulis buku puisi terbaik di negeri ini. Menurut dia, iklim perpuisian Indonesia saat ini terbilang sangat menggairahkan.
Hal itu dapat dilihat dari banyaknya buku puisi yang diikutsertakan oleh para penulisnya dalam kompetisi HPI tahun ini. "Ada lebih dari 250 buku puisi yang diperlombakan pada tahun ini. Semuanya bagus-bagus. Mereka (para penulis buku itu) betul-betul serius menulis puisi, sehingga tidak mudah bagi kami memilih dari sekian banyak itu menjadi 15 nomine," ujar Maman, kepada //Republika//, Senin (10/10).
Maman yang juga ketua Yayasan Hari Puisi menambahkan, buku-buku puisi yang diperlombakan dalam Anugerah HPI 2016 merupakan karya para penyair dari seluruh wilayah Nusantara. Untuk tahun ini, jumlah buku yang diterima panitia mengalami peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pada Anugerah HPI 2015, jumlah buku puisi yang masuk ke meja dewan juri sebanyak 111 buku. Sementara, di Anugerah HPI 2016, jumlahnya naik menjadi 255 buku.
"Pada malam Anugerah HPI 2016 kami akan mengumumkan satu buku yang layak menerima Anugerah HPI 2016. Hadiahnya sebesar Rp 50 juta. Selain itu, kami juga akan mengumumkan lima buku puisi terbaik yang masing-masing berhak atas hadiah senilai Rp 10 juta," ungkap Maman yang didampingi anggota dewan juri Sutardji Calzoum Bachri dan Sekretaris Panitia HPI 2016 Mustafa Ismail.
Menurut Maman, ada beberapa kriteria penilaian juri dalam memilih buku puisi yang layak memperoleh penghargaan Anugerah HPI. Yang pertama adalah keutuhan tema puisi yang disampaikan setiap penyair dalam bukunya. Mulai dari tema tradisi, sosial, budaya, hingga pengalaman pribadi yang dapat dimaknai menjadi pengalaman bersama.
Kriteria penilaian kedua, Maman menambahkan, adalah kemampuan penyair mengeksplorasi Bahasa Indonesia dalam menghasilkan karyanya. Di antaranya mencakup penggunaan metafora yang dinamis, serta penggalian makna kata.
Maman mengungkapkan, para penyair yang mengirimikan buku puisinya ke panitia HPI 2016 menyadari betul pentingnya melakukan eksplorasi estetika dalam menghasilkan karya-karyanya. Karena itu, kata dia, di antara pemenang nanti akan muncul nama-nama baru yang tidak populer bahkan tak dikenal di dunia kepenyairan.
"Penjelajahan mereka luar biasa pesat. Mudah-mudahan acara ini bisa menjadi inspirasi bagi para penyair di daerah-daerah bahwa karya puisi itu punya harga yang tak ternilai. Harga di sini bukan dalam hal materi saja, tapi lebih dari itu. Puisi menjadi ujung tombak perjuangan kebudayaan bangsa ini," tutur dosen sastra di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia itu lagi.