REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Pengunjung pameran 'Produk Lebak' yang digelar di kawasan wisata Rancalintah Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, menampilkan sejumlah gerai usaha kecil dan menengah produksi batik Baduy. "Kami merasa kewalahan melayani pengunjung yang membeli batik Baduy itu," kata Endoh Mahfudoh, seorang pelaku UKM Batik Baduy saat ditemui di Gerai Pameran di Rangkasbitung, Senin (3/10).
Pelaku UKM batik Baduy hingga kini selalu hadir untuk mempromosikan produk kerajinan khas Baduy. Produk kerajinan itu, selain batik juga kain tenun, lomar, selendang, tas koja, kaos dan aneka pernak-pernik suvenir. Selain itu, minuman labeur jahe untuk penyembuhan dari masuk angin juga tersedia.
Semua produk kerajinan itu melalui perajin yang berkembang di kawasan Baduy hingga mencapai puluhan UKM. Selama ini, kebanyakan pengunjung yang membeli produk batik Baduy dari kalangan masyarakat, aparat sipil negara (ASN), dan pelajar.
Bahkan, pakaian batik Baduy itu sudah menjadi budaya di masyarakat Banten hingga diwajibkan menggunakan pakaian khas Baduy di lingkungan pemerintahan.
"Kami menilai pameran tahun ini lebih ramai dibandingkan tahun sebelumnya, karena menampilkan produk-produk UKM Lebak," katanya.
Menurut dia, pengunjung mencintai produk-produk Baduy karena selain alami juga dominan warna biru dan hitam. Seperti pakaian batik, sarung, salendang, dan tas koja untuk oleh-oleh. Pembeli produk batik Baduy juga datang dari DKI Jakarta, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, dan Kabupaten Pandeglang.
Mereka membeli produk UKM kerajinan Baduy tersebut, karena dinilai murah dibandingkan dengan harga di pasaran umum.
"Kami sangat terbantu dengan adanya pameran Produk Lebak itu, sehingga pendapatan pelaku UKM meningkat," ujarnya.
Amir (50), pelaku UKM lainnya menyebutkan harga produk kerajinan Baduy, yakni sarung kecil di jual dengan harga Rp 65.000, batik Rp 70 ribu, kain tenun Rp 250 ribu, tas koja Rp 25 ribu, golok Rp 150 ribu, lomar Rp 30 ribu, kopiah Rp 15 ribu. Sedangkan aneka pernak-pernik dari harga Rp 15 ribu hingga Rp 25 ribu.
Selain itu, produk minuman labeur jahe dan gula aren di jual Rp 30 ribu per botol. Sedanglan madu Rp 40 ribu per botol. "Kami menjual produk-produk kerajinan Baduy relatif murah dan terjangkau kalangan masyarakat," katanya.
Kepala Bidang Pemberdayaan UKM Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Restu mengatakan pihaknya terus mendorong usaha kerajinan Baduy dalam upaya meningkatkan kesejahteraan mereka. Pemerintah daerah mempromosikan dan memperkenalkan kepada masyarakat melalui berbagai kegiatan, termasuk pameran Produk Lebak itu.
Saat ini, katanya, UKM yang dilakukan warga Baduy cukup berkembang dan menyerap tenaga kerja lokal. "Kami terus membina produk Baduy agar berkembang juga dapat meningkatkan ekonomi," katanya.
Ketua Penyelenggara Pameran Produk Lebak Asep Wahyudin mengatakan pameran itu untuk mempromosikan dan pemasaran produk-produk UKM hasil kreativitas masyarakat Lebak. Potensi produk UKM Lebak, katanya, luar biasa untuk membangkitkan roda perekonomian masyarakat, di antaranya produk batik Baduy. "Kami berharap pameran Produk Lebak yang diselenggarakan 1-8 Oktober 2016 dapat dikenal masyarakat luas," katanya.