REPUBLIKA.CO.ID, Semua orang tentunya tidak ingin susah dan banyak mengalami kekurangan dalam hidup. Suatu hal yang wajar jika semua orang ingin berada pada taraf sosial yang menempatkannya pada kesejahteraan, kemandirian, semua kebutuhan dasar terpenuhi, semua keinginan bisa didapatkan, serta bisa membantu orang lain yang kurang beruntung.
Bermegah-megahan memang tidak disarankan di sisi agama. Banyak orang yang justru terjebak dalam gaya hidup bermewah-mewahan, tapi tak kunjung kaya. Contoh yang seringkali terjadi adalah sering ganti motor, sering ganti smartphone atau gadget seri keluaran terbaru, sering membeli produk fashion serta barang mewah lainnya.
Keinginan membeli barang-barang “bergaya” ini terkadang akhirnya membawa seseorang pada utang. Kebiasaan ini sebenarnya tidak efisien bagi yang ingin cepat kaya, karena membeli barang “bergaya” hanya akan menunjukkan seseorang “tampak” kaya saja dengan apa yang digunakan dan dibawanya.
Agar bisa benar-benar mewujudkan kaya yang tidak sekedar bergaya, perlu dilakukan hal-hal yang mendukung. Berikut ini tipsnya.
Mengecek kondisi keuangan
Memulai untuk berusaha menjadi kaya dapat dilakukan hal-hal yang sederhana dan kecil dalam kehidupan sehari-hari. Penting sekali pula untuk senantiasa mengecek kondisi keuangan berdasarkan penghasilan yang dimiliki. Harus ada langkah yang bersifat ekonomis dalam mewujudkan hidup hemat agar penghasilan yang didapatkan lebih besar dari pengeluaran.
Dalam mengelola keuangan, penting pula untuk mencatat dan merinci semua kebutuhan sebelum belanja, untuk meminimalkan membeli barang yang hanya keinginan belaka. Analisa kondisi keuangan dan tingkat pengeluaran minimal dalam 3 bulan terakhir, agar bisa dijadikan koreksi dan perbaikan untuk masa mendatang.
Secara finansial, mengecek kondisi keuangan bisa dengan mengelompokkan aset yang dimiliki, yakni berupa aset lancar, aset konsumsi, dan aset investasi. Aset merupakan kekayaan yang dimiliki seseorang. Aset lancar merupakan kekayaan yang bisa diwujudkan dalam bentuk tabungan, uang keseharian, dan deposito. Aset konsumsi bisa berupa rumah, mobil, dan perhiasan emas. Aset investasi berupa kekayaan yang disimpan dalam bentuk reksadana, saham, dan obligasi (surat utang).
Jika memiliki sejumlah utang, wajib pula membandingkan antara jumlah aset yang dimiliki dengan hutang yang sedang berjalan. Kondisi keuangan masih cukup dikatakan baik jika nilai kekayaan yang dimiliki selalu lebih banyak daripada jumlah utang yang harus dibayar.
Artikel ini merupakan kerjasama antara Republika.co.id dengan Cermati.com, portal pembanding produk keuangan Indonesia