REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang sering kali keliru memahami keinginan menjadi sebuah kebutuhan. Apalagi di era modern dan percepatan informasi begitu kencang, sehingga keinginanan akan selalu mendominasi.
Cara termudah untuk memahami sebuah keinginan atau kebutuhan dengan melihat kondisi diri sendiri. Chief External Affairs PT. Home Credit Indonesia Andy Nahil Gultom menjelaskan, sering kali orang salah mengartikan keinginan menjadi kebutuhan.
"Seperti handphone saja, dulunya masih menjadi keinginan saja, tapi saat ini keberadaannya sudah menjadi kebutuhan," kata Andy.
Saat seseorang membutuhkan alat komunikasi misalnya, Andy mencontohkan dengan seseorang perlu mengenali kebutuhan yang sedang ingin dicari, seperti melakukan hubungan telepon atau berkirim SMS. Maka ponsel yang dibutuhkan cukup yang biasa saja, tidak perlu yang menawarkan spesifikasi berlebihan.
"Tapi keinginan ini bisa bergeser menjadi kebutuhan jika memang kondisi menuntut memerlukan spesifikasi tinggi untuk melakukan komunikasi dan bekerja," kata Andy.
Ketika seseorang masih bisa menjalani hari biasa dan hubungan kerja tanpa barang tersebut bisa dilakukan, maka barang tersebut hanya sebuah keinginan bukan kebutuhan. Tapi jika sebaliknya, keberadaan barang itu sangat berarti untuk keberlangsungan hidup, maka sudah menjadi sebuah kebutuhan yang perlu dimiliki.