REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siapa tak tahu gasing, permainan tradisional yang dimainkan dengan cara memutarkan pada porosnya? Selain dikenal di berbagai belahan dunia, gasing ternyata terdapat di banyak daerah di Indonesia dengan beragam bentuk, bahan, dan nama lokal.

Gudang Dolanan Indonesia, sebuah komunitas yang didirikan Endi Aras sang bapak gasing Indonesia, menampilkan sebagian di antaranya dalam 'Festival Ayo Main! Permainan Tradisional'. Acara yang berlangsung di Museum Nasional, Jakarta, akhir pekan lalu dan menampilkan total 272 mainan, termasuk rupa-rupa gasing.

"Ini semua koleksi pribadi komunitas Gudang Dolanan, awalnya dipamerkan di Jakarta pada 2005 dan sekarang sudah sampai ke London," ucap Dodi, salah satu pemandu di Komunitas Gudang Dolanan Indonesia.

Pria 31 tahun itu menginformasikan bahwa gasing dimainkan di banyak daerah, dari Aceh sampai Papua. Bentuknya pun bermacam-macam. Mulai dari kerucut, jantung pisang, tabung, sampai serupa piring terbang.

Dia menjelaskan, pada masa lampau, gasing di beberapa daerah malah menjadi bagian dari ritual tertentu. Dalam perkembangannya, permainan tersebut lebih mengarah pada adu suara, adu pukul, atau adu putar.

Bahannya juga tidak selalu sama. Gasing bisa dibuat dari kayu asam, kayu akasia, kayu petai cina, kayu jambu, menggeris, bintangur, sampai bambu.

"Gasing khas daerah tertentu sekarang sudah sulit ditemukan dan jarang dimainkan. Harus mencari ke pelosok, bertanya dulu kepada tetua setempat," kata Dodi yang menginformasikan gasing punya nama lokal unik seperti meggasing, panggal, dogeg, apiong, blenthongan, gasing jamplung, sampai kehkehan.

(Baca Juga: Gudang Dolanan Sebut Permainan Tradisional Kaya Filosofi)

Ikuti Whatsapp Channel Republika