Kamis 05 May 2016 06:29 WIB

Menjadikan Tubuh Sebagai Aset? Simak Kiatnya...

Dengan tubuh dan jiwa yang sehat, seseorang bisa meraih potensi maksimalnya.
Foto:
Dengan tubuh dan jiwa yang sehat, seseorang bisa meraih potensi maksimalnya.

Tiga Bentuk Aset Otot

Saya membagi aset otot tersebut menjadi 3 bagian, yakni:

Fisik

Aset otot berbentuk fisik berarti yang saya contohkan di atas.  Bisa saja aktivitas fisik yang melibatkan tubuh kita, misalnya para atlet sepakbola, bola basket dan lain sebagainya.

Apa yang membedakan antara pesepakbola negeri kita dengan pesepakbola tingkat dunia seperti Lionel Messi dan Ronaldo? Mereka sadar betul bagaimana mendayagunakan aset otot fisik mereka untuk menghasilkan pundi-pundi uangnya.

Padahal secara teknik, apa yang dikerjakan oleh pesepakbola negeri ini sama dengan pesepakbola tingkat dunia tersebut, sama-sama berkeringat di lapangan hijau dengan mengejar dan menendang si bola bundar.

Pengetahuan

Aset otot berbentuk pengetahuan adalah sebuah aset yang akan terus meningkat.  Semakin langka sebuah ilmu atau pengetahuan, semakin mahal harganya.

Hari ini kita lihat fenomena 4G, gelombang ke 4 dalam bidang telekomunikasi.Hampir semua produsen atau provider telekomunikasi menawarkan paket 4G dengan berbagai kemudahannya. Tentulah royalti dari penemu tersebut, akan semakin meningkat jika semakin banyak yang menggunakan teknologi tersebut.

The Power of Knowledge (Kekuatan Pengetahuan), IT atau teknologi informasi adalah sebuah pengetahuan yang sangat mahal untuk dasawarsa terakhir ini. Dengan Anda memiliki aset otot pengetahuan yang dikolaborasikan dalam dunia industri dinamis maka Anda akan bisa meningkatkan pendapatan Anda secara signifikan.

Keterampilan

Aset otot yang tidak kalah bagusnya adalah keterampilan. Berapa banyak lembaga sertifikasi negeri ini yang hadir untuk menyesuaikan kondisi zaman.

Ketika kita lulus dari bangku kuliah, ijazah yang kita punyai belum tentu menjadi daya tarik sebuah perusahaan untuk merekrut kita menjadi karyawannya. Masih diperlukan sebuah keterampilan yang mendukung dan sangat dibutuhkan sebuah industri.

Apa saja industri tersebut, bisa Anda cek di BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi).  Dalam bidang pengembangan diri, para pengajar tradisional seperti guru, dosen dan pelatih di kampus-kampus tradisional secara uang, penghargaan mereka sangat kecil, bandingkan dengan para pengajar non formal seperti trainer, coach, mentor yang hidupnya bergerak dari satu seminar, kursus, pelatihan dan sebagainya. Keterampilan yang mereka ajarkan, hal-hal praktis dalam menghadapi hidup dan kehidupan.

Jika seorang dosen di kampus negeri terkenal di negeri ini mengantongi Rp 75 ribu hingga Rp 200 ribu per jamnya, sementara si trainer, coach dan sebagainya bisa mengantongi Rp 500 ribu tak terhingga per jamnya. Bahkan ada yang per jamnya dihargai Rp 150 juta sekali seminar.

Sama-sama ngajar dan berbagi, tetapi yang satu dihargai tinggi sekali, yang lainnya biasa saja. Kuncinya ada pada keterampilan yang merupakan aset otot.

Selamat memiliki dan memaksimalkan aset otot!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement