REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Acara baby shower kini mengemuka di kalangan pasangan muda yang menantikan kehadiran bayi mereka. Meski serupa dengan acara tujuh bulanan, ada perbedaan mendasar antara keduanya.
"Kalau acara tujuh bulanan itu dilakukan sebagai bentuk hormat kepada orang tua, adat, bahkan agama," ujar model dan presenter Nadia Mulya yang baru-baru ini menerbitkan buku berjudul The Little Thoughts Book of Baby Shower bersama Ola Harika.
Namun, lanjut Nadia, ada kalanya calon ibu dan ayah ingin membuat acara sendiri dengan tema yang diingini. Jika demikian, baby shower yang biasa dilakukan saat kandungan ibu hamil berusia tujuh atau delapan bulan adalah pilihan yang tepat.
Wujud berbagi suka cita saat menanti kehadiran bayi itu ternyata juga memiliki etiket tertentu, yang dibahas tuntas oleh Nadia dan Ola dalam buku mereka. Karena sifatnya yang privat dan intim, kegiatan tersebut tidak perlu berskala besar serta tidak memakan biaya besar.
Uniknya, dahulu peserta baby shower adalah para sahabat dan kerabat perempuan. Suami dan laki-laki tidak diperbolehkan hadir dalam acara tradisi yang berasal dari Amerika Serikat itu.
Seiring perkembangan zaman, aturan baku itu tidak lagi berlaku. Malah, ada juga daddy-shower yang dilakukan calon papa bersama sahabat pria maupun grandparent-shower yang digelar kakek nenek untuk mempersiapkan perlengkapan saat si cucu menginap nanti.
"Makan di restoran atau rumah dengan mengundang enam sampai 12 orang keluarga dan sahabat juga sudah seru," tutur Nadia yang memaparkan pula tips membuat perayaan pesta unik dan berkesan dalam bukunya, seperti ulang tahun, arisan, hingga pengajian.
(Baca Juga: Tren Baby Shower, Apa Sih?)