Jumat 08 Apr 2016 11:06 WIB

Penggemar 'Keeping Up With the Kardashian' Bisa Jadi Cenderung Narsis

Rep: C34/ Red: Indira Rezkisari
Bintang acara televisi realitas Kim Kardashian bersama kakaknya Khloe Kardashian.
Foto: EPA
Bintang acara televisi realitas Kim Kardashian bersama kakaknya Khloe Kardashian.

REPUBLIKA.CO.ID, Kegandrungan menonton acara reality show di televisi disinyalir berhubungan dengan perilaku narsis seseorang. Keterkaitan itu diungkap dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Psychology of Popular Media Culture.

Peneliti dari University of Pennsylvania dan Ohio State University telah menemukan hubungan substansial antara tingkat narsisme dan tayangan TV. Mereka yang menyukai acara televisi tertentu cenderung lebih narsis di media sosial dan kerap berbagi informasi idealis soal hidup mereka.

Studi itu melibatkan 565 mahasiswa di sebuah universitas di Midwest yang memiliki waktu rata-rata menonton TV sebanyak 3,5 jam per hari. Mereka kemudian diperlihatkan 15 acara TV dari berbagai genre dan diminta untuk menunjukkan seberapa sering mereka menonton program di masing-masing kategori.

Setelah itu, para peserta diminta melakukan Narcissistic Personality Inventory di mana mereka memilih 40 pasang pernyataan untuk menentukan tingkat narsisme. Hasilnya, ada temuan yang mengonfirmasi korelasi antara rutin menonton TV dan tingkat narsisme.

"Kecenderungan narsisme yang kuat ditemukan pada orang-orang yang menonton acara reality show, acara olahraga, bincang-bincang politik, dan drama horor," ungkap peneliti Robert Lull dan Ted Dickinson dalam studi mereka.

Penelitian yang dilakukan sebelumnya juga menunjukkan hubungan potensial antara narsisme dan realitas ala televisi. W Keith Campbell, penulis buku The Narcissism Epidemic: Living in the Age of Entitlement mengatakan, narsisme tinggi di televisi bersifat menghibur sekaligus membuat penonton ingin meningkatkan citra mereka.

Pada tahun 1987, psikolog Hazel Markus dan Paula Nurius juga mengulas mengenai hal ini. Menurut keduanya, tiap individu punya dua diri yang disebut "diri saat ini" dan "kemungkinan diri yang lain".

Dengan munculnya media sosial, semua orang telah diberi lebih banyak kesempatan untuk menunjukkan "kemungkinan diri yang lain". Setidaknya, mereka dapat menampilkan versi yang ia ingin wujudkan mengenai dirinya sendiri kepada orang lain, dikutip Independent.

(baca: Marshanda Berbagi Kisahnya Menyangkal Idap Bipolar)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement