REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Jaringan Televisi ABC menyebutkan, sebanyak 34,3 juta penduduk Amerika menonton pergelaran Oscar 2016. Jumlah itu menjadi yang terendah dalam delapan tahun terakhir.
Dengan terpaan isu rasisme terhadap penghargaan Academy ke-88, jumlah penonton pun turun enam persen dibanding tahun lalu yang mampu menyerap hingga 36,6 juta orang.
Seorang aktivis HAM Al Sharpton sempat mengajak masyarakat untuk tidak menonton Oscar. Ini karena tidak ada nominasi aktor dan aktris yang berasal dari kalangan etnis minoritas selama dua tahun berturut-turut. "Ini adalah penurunan yang signifikan dan harus menjadi pesan untuk Academy dan studio film ke depan," ujar Sharpton seperti dikutip AFP, Selasa (2/3).
Meski kontroversial, gelaran Oscar 2016 menuai kritik positif utamanya karena aksi pembawa acara Chris Rock. Ia melontarkan candaan-candaan yang banyak menyindir Academy dan persoalan minimnya keberagaman ras.
"Apakah itu disengaja atau tidak, acara ini memiliki tema persatuan dan setiap candaan Chris Rock menjadi seirama dengan tema itu," ujar Redaktur Pelaksana situs film Fandango Erik Davis.
Jumlah penonton dalam delapan tahun terakhir kerap menunjukkan penurunan dan tak melebihi jumlah 40 juta penonton. Hanya edisi 2014 yang mengusung pembawa acara Ellen DeGeneres yang bisa menarik penonton hingga mencapai 43,7 juta orang.
Pada 2008, ketika film "No Country For Old Men" meraih penghargaan film terbaik menjadi titik terendah pasca 2000 dengan penonton hanya mencapai 32 juta orang. Jumlah-jumlah itu menurun cukup siginifikan jika dibandingkan dengan edisi Oscar yang menampilkan Chris Rock pada 2005 mampu menarik 42,1 juta penonton.
(baca: Leonardo DiCaprio dan Kate Winslet Reuni di Karpet Merah Oscar)