REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Masih ada sejumlah anime Jepang yang menapilkan adegan merokok. Padahal Jepang adalah negara yang memberlakukan hukum ketat untuk rokok dan narkoba. Apakah itu hanya bertujuan untuk terlihat keren atau menyampaikan kedewasaan karakter anime saja?
Pendiri situs Anime News Network, Justin Sevakis mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Jumlah perokok di Jepang masih terbanyak dari Amerika Serikat. Industri tembakau di Jepang dijalankan sepenuhnya oleh pemerintah sampai 1985.
Secara historis, merokok masih dianggap hal maskulin atau letak perbedaan laki-laki dan perempuan. Perokok perempuan tidak pernah lebih dari 10 persen sejak 1990-an. Saat ini, sekitar 30 persen laki-laki di Jepang masih merokok.
Tingkat perkapita Jepang dari industri rokok di Jepang tiga persen lebih tinggi dari AS, namun delapan persen lebih rendah dari Prancis. Rokok masih dijual di mesin-mesin penjual di Jepang, namun calon pembeli harus menunjukkan kartu khusus, disebut Kartu Taspo jika ingin membeli.
Harga rokok di Jepang masih terbilang murah, 450 yen per bungkus atau setara Rp 54 ribu. Semakin banyak juga daerah-daerah di Jepang yang melarang merokok di depan umum, contohnya Prefektur Kyoto yang ingin memberantas perokok pasif. Di Amerika, merokok di bar dan restoran masih diperbolehkan.
Jepang masih terbilang tertinggal dalam hal mengoptimalkan kampanye antirokok. Kementerian Keuangan masih mencatatkan pendapatan negara dari industri tembakau, sehingga pertumbuhan industri ini tetap harus dijaga.
Dalam bisnis anime, karakter-karakternya masih banyak yang bisa merokok di meja makan. Di kantor, karakter anime yang merokok biasanya dipisah oleh tira atau ventilasi khusus. Ini berarti kreator anime tak semudah itu melepaskan adegan merokok di film-film animenya.
Terkait hal ini, semakin banyak tekanan yang diterima dunia anime Jepang untuk menghapuskan adegan-adegan merokok dalam filmnya, setidaknya sampai penyelenggaraan Olimpiade 2020. Ini supaya Jepang tidak mendapat respon negatif dari para penggemar anime di berbagai negara.
(baca: Lucunya Beruang Pemalas di Kafe Rilakkuma)