Sabtu 13 Feb 2016 08:17 WIB

Melihat Indonesia di Kertas Hasil Goresan 'Maestro' Srihadi Soedarsono

Seorang pengunjung mengamati lukisan Srihadi Soemarsono yang dipamerkan di Galeri Nasional Jakarta
Foto: Republika/Hazliansyah
Seorang pengunjung mengamati lukisan Srihadi Soemarsono yang dipamerkan di Galeri Nasional Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ratusan karya dari salah seorang maestro seni rupa Indonesia, Srihadi Soeadrsono dipamerkan di Galeri Nasional, Jakarta. Bertajuk "70 Tahun Rentang Kembara Roso", pameran berlangsung mulai 11 hingga 24 Februari 2016.

Ratusan karya di atas medium kertas ini merupakan arsip Srihadi Soedarsono yang didokumentasi dari rentang era Revolusi (1946) hingga Reformasi (2016).

Marthen Slamet, panitia penyelenggara mengatakan, kegiatan ini merupakan sebuah pameran retrospektif dimana masyarakat dapat melihat, belajar dan mengamati perkembangan karya Srihadi Soedarsono di atas media kertas.

"Banyak yang memandang bahwa karya di atas kertas kurang berharga. Tapi dari pameran ini kita akan melihat artistik yang kuat dari seorang Srihadi dari zaman ke zaman. Ada karya di atas kertas yang tersimpan dengan rapi selama 70 tahun," ujar Slamet dalam jumpa pers pembukaan pameran "70 Tahun Rentang Kembara Roso", Kamis (11/2) lalu.

Kekuatan artistik di sini tidak lepas dari apa yang menjadi objek atau yang digambarkan seorang Srihadi. Dimulai di masa-masa ia bergabung dalam Tentara Pelajar Detasemen II Brigade 17, kemudian bergabung dengan komunitas perhimpunan kesenian, menjadi anggota Seniman Indonesia Muda dan menjadi anggota Divisi IV Penerangan Tentar Keamanan Rakyat Indonesia sebagi tenaga publikasi di siaran dan dokumentasi.

Di masa itulah Srihadi diutus menjadi seorang wartawan lukis yang menggambarkan berbagai kejadian-kejadian penting. Misalnya saat ia melukis jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA yang ditembak jatuh oleh P-40 Kittyhawk Belanda pada 29 Juli 1947 di Dusun Ngoto, Bantul, Yogyakarta.

"Kala itu dokumentasi hampir tidak ada, jadi yang ada hanyalah hasil gambar Srihadi. Mungkin inilah satu-satunya dokumentasi tentang peristiwa itu," ujar Slamet.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement