Rabu 03 Feb 2016 15:21 WIB

The Revenant, Tragedi Balas Dendam yang Memilukan

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Indira Rezkisari
The Revenant
Foto: ist
The Revenant

REPUBLIKA.CO.ID, Butuh hiburan di akhir pekan? Film The Revenant bisa jadi pilihan.

The Revenant memberikan sebuah cerita epik mengenai kehidupan di perbatasan Amerika. Film ini ditulis dan disutradarai langsung oleh Alejandro G. Inarritu, pemenang Oscar dalam film Birdman pada 2015 lalu.

The Revenant mengisahkan jalan hidup seorang eksplorer legendaris di Amerika, Hugh Glass. Mitologi Glass dimulai pada 1823, ketika ia bergabung ke dalam dunia perdagangan bulu. Saat itu bulu menjadi komoditi utama yang mendorong perekonomian Amerika.

Di masa itu, manusia masih menganut hukum alam, siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Sehingga seringkali terjadi persaingan sengit dan pertempuran berdarah yang dilakukan antar suku untuk mempertahankan wilayahnya.

Glass sendiri sebelumnya telah menjadi korban pertempuran antar suku. Istrinya yang berasal dari suku Pawnee tewas dalam sebuah serangan. Lalu Glass memutuskan untuk membawa Hawk, anak semata wayangnya untuk ikut bergabung dengan kawanan pedagang bulu.

Suatu ketika, saat sedang berburu bulu berang-berang, Glass dan kelompoknya yang dipimpin Kapten William Henry Ashley diserang kawanan suku Arikara (Ree) yang membunuh dengan membabi buta. Suku Ree memaksa Glass dan kelompoknya pergi dari wilayah itu dan mereka mengambil lusinan bulu berang-berang yang tertinggal.

Glass dan Kapten Henry kehilangan banyak anggota pasukan. Puluhan orang terbunuh, mereka terpaksa pulang dan meminta bantuan.

Dari titik itu hidupnya berubah, saat anaknya mati dibunuh. Hugh Glass terpaksa menjadi ‘The Revenant’, manusia yang bangkit dari kematian.

Glass diperankan dengan memukau oleh aktor pemenang Golden Globe, Leonardo DiCaprio. Meski telah 27 tahun berkecimpung di industri perfilman Hollywood dengan lusinan film, menjadi Hugh Glass dalam The Revenant merupakan tantangan tersendiri baginya.

Saat pengambilan gambar, Leo harus bekerja dalam kondisi yang ekstrim. Bukan hanya karena cuaca yang buruk, ia juga harus mempelajari dan menggunakan bahasa asli suku Indian Amerika dalam beberapa dialognya.

Leo berhasil menggabungkan dirinya dengan karakter Hugh Glass. Seorang pria kuat yang kotor, kesakitan, dan kelaparan. Tanpa banyak menggunakan stuntman, Leo memerankan sendiri beberapa adegan, seperti dikubur di bawah salju, bertelanjang badan dalam suhu minus lima derajat celcius, dan bahkan terjun dari sungai.

Sang sutradara,  Inarritu, juga dengan jelas mengungkap kronologi perjalanan Glass yang bertahan hidup dengan tubuh hampir membusuk. Hanya saja, adegan pembantaian yang dilakukan suku Ree dan penyerangan beruang grizzly pun diperlihatkan dengan detail. Banyak angle kamera close-up saat menunjukkan adegan per adegan, sehingga menimbulkan kesan menakutkan.

Sisi lain dari cerita ini adalah ketika tokoh utama menunjukkan cintanya yang begitu besar kepada anak kandungnya. Kisah cinta ayah dan anak yang terjalin tulus memberi warna pada tema ‘balas dendam’ yang diangkat dalam film tersebut.

Sejak dua abad lalu, kisah hidup Hugh Glass telah menjadi kisah rakyat yang menakjubkan di Amerika Serikat. Glass lahir di Philadelphia pada 1773 dan menghabiskan hidupnya di laut sebagai bajak laut. Dia bergabung dengan Kapten Henry pada usia 30-an untuk menjelajahi sungai Missouri dalam perdagangan bulu.

Kisah Glass juga telah dijadikan novel oleh penulis Michael Punke pada 2002 dengan judul The Revenant: A Novel of Revenge.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement