REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sutradara Angga Dwimas Sasongko mengungkapkan, alur cerita film bergenre romantis, 'Surat dari Praha', terinspirasi dari situasi politik Indonesia pada 1965. Menurut Angga, film ini ia menggunakan pendekatan populer untuk bercerita mengenai kisah seseorang yang pernah menjadi imbas sejarah peristiwa 1965.
"Awalnya saya sering baca buku sejarah. Ketika saya banyak baca dari sumber lain, ternyata banyak cerita latar belakang yang berbeda tentang orang Indonesia yang nggak bisa pulang ke Indonesia," ujar Angga, di Epicentrum Walk, Jakarta, Senin (25/1).
Angga mengaku materi film berupa kisah dan narasi-narasi tentang peristiwa 1965, amat penting untuk dipelajari dan direnungkan, sehingga generasi bangsa saat ini mampu memperbaiki diri. Menurutnya, film 'Surat dari Praha' tidak dibuat untuk menyelesaikan masalah, namun menceritakan satu kisah dibalik peristiwa.
Sebagai orang yang lahir jauh setelah peristiwa 1965, Angga hanya mengetahui sedikit catatan tentang peristiwa tersebut. Sampai suatu saat ia menonton film pendek karya Sutradara Farishad Latjuba berjudul 'Klayaban' sekitar 2004 yang menceritakan kisah para eksil di Eropa.
"Saya punya rasa ingin tahu yang tinggi, sempat juga tinggal di Praha sebulan dan menggali sudut pandang orang-orang Indonesia di sana," kata dia.
Ia menuturkan, membuat film 'Surat dari Praha' merupakan sebuah perjalanan kreatif dan kontemplatif. Sebab ia bertemu langsung dengan para eksil yang sudah berusia senja namun masih mampu bercerita dengan detail dan emosional tentang pengalaman mereka selama menjadi stateless.
"Melalui film ini, saya ingin berbagi kepada penonton tentang kisah mereka, keberanian mereka, dan ketidakadilan yang mereka alami selama masa Pemerintahan Orde Baru," jelasnya.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
