REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epicentrum Walk di Jakarta Selatan, yang biasa dijadikan tempat pemutaran perdana film Indonesia dipenuhi penonton pada Selasa (15/12) malam WIB. Sekitar 1.750 tamu undangan dari pejabat publik, fan, artis, hingga politisi menonton film Bulan Terbelah di Langit Amerika yang segera tayang pada 17 Desember esok.
Salah satu daya tarik film ini adalah menggunakan seting cerita pascatragedi 9/11 dan reka adegan situasi di dalam gedung kembar sebelum rubuh. Menurut Eksekutif Produser Film Yoen K, penonton pemutaran perdana film yang pernah digarapnya tak pernah didatangi sebanyak film Bulan Terbelah di Langit Amerika.
“Terakhir seperti ini ketika 99 Cahaya di Langit Eropa. Iya ini saya benar-benar tidak mengira. Maaf, kalau sudah menumpuk dan harus lesehan di dalam studio,” ujar Yoen yang diminta pihak Cinema 21 untuk melarang penonton lesehan dalam studio dan penonton terpaksa tertahan.
Penonton yang sudah dibagi menjadi empat show dengan empat studio dalam waktu berbeda-beda masih saja terus berdatangan ketika pertunjukan hampir selesai.
Tampak Ketua MPR Zulkifli Hassan, Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan dan Fahri Hamzah, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, Presiden PKS Sohibul Iman, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir, mantan ketua MPR Amien Rais, dan Imam Shamsi Ali menyaksikan pemutaran perdana yang berakhir pukul 22.00 WIB.
Film Bulan Terbelah di Langit Amerika bercerita tentang Hanum yang tak kuasa menolak tugas wawancara keluarga korban tragedi 11 September di New York, Azima Hussein (Rianti Cartwright), seorang mualaf yang bekerja di sebuah museum, yang mengetahui banyak tentang Islam dan sejarahnya, dan anaknya, Sarah Hussein (Hailey Franco).
Pada saat yang bersamaan, Rangga (Abimana Aryasatya) suaminya juga ditugasi oleh profesornya untuk mewawancara seorang miliuner dan philantropi Amerika, Phillipus Brown, demi melengkapi persyaratan S3-nya. Brown dikenal sangat misterius, dan tidak mudah berbicara dengan media sejak 2001. Rangga dan Hanum akhirnya berangkat ke New York.
Keduanya mengalami tarik ulur kepentingan, yang mengakibatkan segalanya menjadi runyam. Ditambah lagi, demonstrasi besar-besaran menentang masjid Ground Zero New York berakhir ricuh. Hanum dan Rangga terpisah di jagad New York yang penuh dengan hingar bingar manusia.