REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Novarini, yang dikenal sebagai pembawa acara (presenter) berita di sebuah stasiun televisi swasta, memutuskan untuk hijrah ke dunia politik. Perempuan kelahiran Surabaya, 24 Februari 1982 itu memutuskan untuk bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Novarini menyatakan bergabung dengan PSI pada acara Kopi Solidaritas yang digelar secara serentak di sejumlah tempat di Jakarta, Kamis (12/11). Ia menyatakan bergabung dengan partai yang dipimpin Grace Natalie itu lewat sebuah surat terbuka berjudul "Satu Suara saya untuk Jutaan Anak dan Perempuan Indonesia'.
"Apalah arti satu suara dari seorang Novarini. Saya bukan aktivis, saya bukan politisi, saya bahkan bukan pengambil kebijakan di Republik ini. Saya 'hanya' punya suara, yang setiap hari saya gunakan untuk membacakan berita," ujar Novarini dalam suratnya yang diterima ROL, Kamis (12/11).
Dengan bergabung ke partai politik baru itu, Novarini memutuskan untuk berhenti sebagai pembaca berita. "Hari ini saya tidak bisa lagi sekedar membaca, bukan karena bosan atau menganggap membaca berita adalah pekerjaan yang tidak baik. Justru dari suara yang membacakan berita itulah saya tiba pada keputusan saya hari ini," tuturnya.
Dalam suratnya itu, Novarini menegaskan, "Suara saya, suara yang akhirnya kembali ke telinga saya sendiri. Suara ketika membacakan tentang ironi anak-anak Indonesia yang hidup dibawah bayang-bayang ketakutan. Mereka meringkuk di pojok yang dingin karena tubuh, kehormatan, bahkan nyawa mereka setiap saat bisa direnggut oleh tubuh yang menyebut dirinya dewasa.''
Ia melanjutkan, "Ini kejahatan kemanusiaan, sebagai perempuan yang melahirkan dua anak, rasanya sulit menerima kenyataan, bahwa di jaman Indonesia modern, masih ada cerita tentang perilaku dari jaman Barbar. Cerita itu terjadi tidak lebih puluhan kilometer dari rumah dan tempat kita bekerja."
Menurut dia, suaranya juga sering membacakan berita tentang kekerasan dan pelecehan seksual yang diterima kaum Perempuan. Novarini menegaskan, masyarakat dihadapkan pada kenyataan, masih ada peradaban zaman kegelapan yang hidup di zaman Indonesia modern. "Zaman yang konon Hak Asasi Manusia dan kesetaraan gender menjadi nilai universal yang dianut umat manusia," cetusnya.
"Sekali lagi, saya tidak lagi hanya bisa membaca berita. Tapi saya sadar, suara saya akan tenggelam jika tidak bergabung dengan suara-suara lain dalam sebuah choir terpadu. Ketika membaca kampanye-kampanye sahabat saya Grace Natalie dan disusul Isyana Bagoes Oka mulai menyuarakan Hak Anak dan Perempuan di PSI, maka hari ini tanpa keraguan saya menyatakan satu suara saya untuk PSI," kata mantan pembaca berita di SCTV dan Berita Satu itu.
Menurut Novarini, sAtu suara yang dititipkannya pada PSI didedikasikan untuk jutaan anak dan perempuan Indonesia yang membutuhkan suaranya. "Tapi saya yakin bersama Bro dan Sis di PSI, suara saya akan mendapatkan gema yang lebih besar, karena disana sudah menunggu suara-suara yang lain, yang berjuang dalam nada dan tempo yang sama," tegasnya.
Novarini menuturkan, jurnalisme telah mengajarkannya untuk berlaku adil dan bertanggung jawab penuh dalam setiap kata dan narasi yang dibacakannya. "Hasilnya seperti hari ini, saya memutuskan untuk berdiri dalam sebuah gerakan politik. Tapi tetap suara saya adalah sepenuhnya pertimbangan dan tanggungjawab saya sebagai pribadi. Terimakasih untuk kawan-kawan Jurnalis, senior-senior. Ini bukan akhirnya tapi tahap lanjut dari keyakinan saya," ungkapnya.