REPUBLIKA.CO.ID, Apa yang akan kau lakukan jika sudah sampai di rumah?
Itulah penggalan kalimat yang dilontarkan James B. Donovan (Tom Hanks) ketika akan menyerahkan Rudolf Abel (Mark Rylance) mata-mata Uni Soviet yang tinggal di New York, AS untuk bertukar dengan Francis Gary Powers (Austin Stowell) pilot pesawat jet U-2 Amerika Serikat yang memang ditugaskan untuk menjadi mata-mata kala perang dingin terjadi di tahun 1950-an.
Cerita bermula ketika seorang pelukis, yang ternyata mata-mata Soviet, Abel tertangkap oleh FBI. Tim menggeledah apartemen Abel dan menginterogasi laki-laki separuh baya tersebut. Namun, mereka tidak menemukan apa-apa. Karena satu-satunya bukti bahwa Abel seorang mata-mata telah dimusnahkan bersama palet cat saat tim FBI sibuk mencari barang-barang yang dianggap mencurigakan.
Abel pun dijebloskan ke penjara. Ia ditawari pemerintah AS untuk bekerjasama, menceritakan semua, dan menghapus segala tuntutan serta pembebasan dirinya. Abel bersikeras menolak tawaran tersebut dan tetap merasa tidak bersalah hingga dia bertemu dengan Donovan, pengacara sukses yang tinggal bersama keluarga kecilnya di Brooklyn, New York.
Awalnya Donovan menolak untuk menjadi pengacara Abel. Ia paham bahwa risiko yang akan diterima jauh lebih berbahaya ketimbang kasus yang berhasil ditanganinya selama ini. Abel dianggap berbahaya bagi AS, dan Donovan harus membela kliennya dengan tentangan dan ancaman dari masyarakat AS. Donovan merasa, ada pribadi Abel yang membuatnya terkesan dan mengganggap pria tua tersebut berbeda.
Donovan berhasil meyakinkan hakim untuk tidak menjatuhkan vonis mati kepada Abel. Dirinya merasa bahwa suatu saat Abel dibutuhkan untuk ditukar dengan mata-mata AS yang kemungkinan ditangkap oleh Soviet. Dan dugaan Donovan pun ternyata benar.
Di tahun 1960, pesawat mata-mata jet tempur U-2 milik AS yang dipiloti Powers jatuh tertembak oleh militer Soviet saat sedang memotret dari atas ketinggian. Meski pesawat hancur dan meledak di udara, Powers berhasil selamat dengan bantuan parasut. Sayang, dirinya harus ditangkap dan dipenjara.
Sementara itu Frederic Pryor, mahasiswa pascasarjana Ekonomi AS mengunjungi kekasihnya yang tinggal di Jerman Timur dan ingin mengajaknya ke Jerman Barat saat pembangunan tembok Berlin dilakukan. Saat akan melintasi perbatasan, tembok sudah ditutup dan dirinya ditangkap militer Jerman Timur karena dianggap mata-mata. Ia pun harus mendekam di penjara. Suasana perang dingin semakin memanas dan mencekam di tembok perbatasan sejak ditangkapnya Pryor.
Mampukah Donovan melakukan negoisasi dengan pihak Soviet dan Jerman Timur untuk menukar Abel dengan dua tahanan AS, yakni Powers dan Pryor? Terasa sangat sulit karena kedua wilayah yang terlibat perang dingin enggan menyepakatinya. Bagaimana Donovan mengatasi kebencian warga AS terhadap dirinya? Bagaimana dia harus melindungi keluarganya dari ancaman buruk setelah penembakan terjadi di suatu malam?
Bridge of Spies besutan Steven Spielberg ini mampu menyentuh hati penonton, bagaimana perjuangan seorang suami dan ayah yang harus melindungi keluarga, di sisi lain menjadi sebuah penegak hukum demi melindungi warga negaranya. Film ini mengajak penonton mengenang sejarah perang dingin tahun 1950-an tanpa rasa bosan, menggurui dan terasa menyenangkan.
Film yang didistribusikan oleh 20th Century Fox ini akan tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia mulai 21 Oktober hari ini dengan sebelumnya sudah tayang serentak di Amerika Utara pada 16 Oktober 2015 silam.