Selasa 15 Sep 2015 05:48 WIB

Sebelum Berinvestasi, Perhatikan Dulu Hal Ini (1)

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Semua orang butuh berinvestasi, tapi bagaimana cara setiap orang berinvestasi berbeda tergantung tujuan dan faktor risiko yang dimiliknya.
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Semua orang butuh berinvestasi, tapi bagaimana cara setiap orang berinvestasi berbeda tergantung tujuan dan faktor risiko yang dimiliknya.

REPUBLIKA.CO.ID, Kira-kira tahun ini investasi yang paling bagus apa, ya? Ada rekomendasi? Berapa yang harus kita alokasikan untuk investasi saham? Kalau emas bagaimana?

Semua pertanyaan itu sering kali didengar oleh para perencana keuangan. “Dan semuanya ingin mendapatkan jawaban yang paling mujarab atas pertanyaan klasik tersebut,” ungkap perencana keuangan independen, Boy Hazuki kepada Republika.co.id, Selasa (15/9).

Menurutnya,ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada ketika berinvestasi. Apa saja, ya? Simak yuk artikel berikut ini.

Tujuan

Tetapkan dahulu tujuan untuk berinvestasi. Ini sangat erat terkait dengan jangka waktu (time horizon) yang kita inginkan dan kita punya, misalnya tujuan kita untuk dana pendidikan anak untuk kuliah sarjana di perguruan tinggi. Jika saat ini anak kita berumur 7 sampai 8 tahun, pada saat kuliah mulai umur 18 tahun, maka jangka waktu yang kita punya untuk investasi kurang lebih 10 tahun.

“Maka pilihan investasinya bisa macam-macam tergantung tujuan kita. Saham, emas dan reksadana saham bisa menjadi salah satu pilihan,“ sarannya.

Profil risiko

Profil risiko artinya seberapa besar kita mampu mentoleransi risiko?  Kalau misalnya kita hari ini investasi dengan membeli saham A, tiba-tiba esok harinya harga saham A yang kita beli terjun bebas, dan kita kena sakit jantung, sakit kepala, sakit lainnya ditambah lagi uang pas-pasan, artinya profil risiko kita bukan risk taker, tapi lebih ke konservatif.

Saran Boy sebagai perencana keuangan, kalau belum siap sport jantung jangan beli saham. Kalau seperti ini lebih baik cari instrumen keuangan yang risikonya lebih kecil, yang bisa kita terima dengan faktor risiko kita. “Ingat semua investasi itu ada risikonya. Semakin canggih instrumen keuangannya semakin tinggi risikonya, contohnya seperti forex dan derivatif,“ ujarnya.

Kebutuhan dana masa depan

Dari poin tujuan di atas, kita harus menetapkan dana apa yang menjadi prioritas kebutuhan dana di masa depan, misalnya prioritas awal adalah kebutuhan dana pendidikan kuliah anak, saat ini kebutuhan masuk perguruan tinggi sebesar Rp 100 juta, maka kebutuhan dana yang perlu disiapkan 10 tahun lagi nilainya kurang lebih sebesar Rp 490 juta. Maka kita perlu menyisihkan Rp 1,5 juta setiap bulan (bila kita memilih instrumen reksadana), agar kita bisa mencapai dana masa depan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement