REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mereka memang tak muda lagi. Kesan itulah yang muncul di benak saya selama menonton konser band rock legendaris Bon Jovi dari arena Festival B di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Jumat (11/9) malam tadi.
Sulit rasanya impresi itu ditampik. Terutama saat melihat penampilan fisik ketiga pentolan utamanya bergantian muncul di layar jumbo-tergantung di samping panggung- selama pertunjukan berlangsung.
Yang saya maksud, sang vokalis John Francis Bongiovi Jr. atau yang lebih dikenal dengan nama Jon Bon Jovi, lalu penggebuk drum Tico Torres, dan pemain keyboard David Bryan. Ketiganya adalah personel yang mengisi formasi Bon Jovi sejak terbentuk pertama kali pada 1983.
Faktanya, Jon dan Bryan saat ini tercatat berumur 53 tahun. Sementara Tico paling senior, usianya 61 tahun. Jadi saya tidak sampai heran. Penampilan fisik mereka kini agak berbeda: sebagian rambut terlihat sudah memutih, garis-garis keriput mengisi kulit wajah, dan otot tak lagi kekar.
Sempat membuat penonton menunggu gelisah selama kurang lebih 30 menit, Bon Jovi naik ke atas panggung pukul 20.35 WIB. Tanpa banyak basa basi, tiga lagu mereka geber.
Dibuka 'Welcome to Wherever You Are', lagu 'Lost Highway' dan 'Who Says You Can't Go Home" menyusul kemudian. Sebanyak 4.000 pasang mata yang ada di GBK pun bersorak menyambut.
"Halo apa kabar.. good to be back to Jakarta after a looong-looong tiime," sapa Jon di sela-sela gema tepuk tangan penonton usai lagu ketiga tuntas. Ini memang bukan penampilan pertamanya di Jakarta. Pada 1995 silam, Jon dan kawan-kawan juga pernah tampil di Ibu Kota
Menyandang gitar kopong hitam, Jon malam tadi mengenakan jaket kulit hitam tanpa lengan yang bagian dadanya membelah terbuka serta celana kulit hitam ketat.
Rambut pirang potongan pendek bergaya spike menonjolkan wajah tirus yang kini terlihat cukup 'kebapakkan'. Meski begitu sosoknya sebagai seorang roker masih kental terasa. Belum luntur.
Soal stamina, ayah empat anak ini memang patut diacungi jempol. Selain tiga lagu pembuka tadi, terhitung ada 17 lagu lain yang dia bawakan secara atraktif nyaris secara maraton.
Hanya saja, saya sulit menyamakan kualitas vokalnya dengan Jon 10-25 tahun lalu. Pada beberapa lagu, misalnya 'Dead or Alive', Jon seperti bekerja keras menyanyikannya. Terutama saat menyentuh nada tinggi.
Namun Jon adalah Jon. Karismanya tak lantas termakan usia. Ia tetap mampu memikat ribuan penggemarnya di GBK. Apalagi saat melantunkan 'Someday I'll be Saturday Night' dengan format akustik. Tanpa dikomandani, seluruh pengemar ikut bernyanyi bersamanya. Epik.
Selain Jon, jempol juga rasanya patut diacungkan untuk Tico dan Bryan. Dua pemain ini, terutama Tico, tampil sangat energik. Beberapa kali saya melihat di layar besar, bagaimana pria dijuluki The Hitman itu seperti tidak lelah menggebuki drumnya. Singkat kata, meski tak muda, ketiga roker veteran ini menunjukan masih punya taji.
Saya, dan rasanya sebagian penonton, mungkin agak sedikit kecewa. Karena beberapa hit lawas yang ditunggu-tunggu seperti 'Always', 'Bed of Roses', dan 'Thank You for Loving Me" tidak jua dibawakan malam tadi.
Namun lagu-lagu seperti 'Keep The Faith', 'Bad Medicine', lalu dua lagu pemungkas 'Have a Nice Day' dan 'Living on A Prayer' - yang sempat saya nyanyikan bareng ribuan penggemar lain - setidaknya cukup membekaskan rasa puas saat berbondong-bondong berdesakkan menuju pintu keluar Stadion GBK.