REPUBLIKA.CO.ID, Kabar gembira datang dari Shafira, label busana Muslim di Indonesia. Mereka akan mempertunjukan koleksi terbarunya di pagelaran Internasional, New York Couture Fashion Week 2015 di New York, Amerika Serikat pada 12 September 2015 mendatang.
Mengapa mereka memilih New York? Komisaris Shafira Corporation, Gilarsi Wahju Setijono, menjelaskan mengapa mereka memilih memamerkan koleksinya di New York, padahal Shafira tidak memiliki target pasar di New York. Pasar Shafira lebih banyak di Asia terutama Indonesia.
Alasan pertama karena Shafira ingin adanya perkembangan ekonomi. Ia mengatakan pihaknya ingat tahun 2008 pertama kali melakukan talkshow ingin menjadikan Indonesia sebagai kiblat fesyen Muslim dunia. Gilarsi menilai, untuk mendeklarasikan sebagai kiblat fesyen dunia, maka Indonesia harus mensejajarkan diri dengan New York, Milan, dan Paris dalam urusan mode.
"Tapi kalau masuk sisi khusus busana Muslim, dimana jumlah Muslim Indonesia dari 250 juta penduduk ada sekitar 90 persennya. Ini merupakan pasar Muslim terbesar. Dan sudah seharusnya sebagai pemilik pasar terbesar kita juga punya potensi besar," ujar Gilarsi, Rabu (2/9).
Alasan kedua memilih New York dengan membawa songket Silungkang karena nilainya. Sesuatu yang sudah bisa dikomputerisasi tentu harganya akan lebih murah. Layaknya kain motif yang sudah bisa dikomputerisasi dan dicetak.
Berbeda dengan yang buatan tangan seperti kain songket Silungkang. "Kita coba sesuatu yang masih bisa digempur. Dengan teknologi, tentu saja Indonesia kalah jika dibandingkan Korea atau Cina. Mereka ada di atas kita. Tapi kalau kita ambil kerajinan tangan, kita punya kesempatan untuk jadi pemenang," ujarnya.
Alasan ketiga, dengan merambah pasar New York, maka nilai ekonomi bertambah. Total sumbangan bidang fesyen mencapai sekitar 2,2 triliun dolar Amerika dalam Produk Domestik Bruto (PDB) negara. Menurutnya, ini nilai yang spektakuler. Bila melihat pangsa pasar busana Islami sekitar 10 persen saja, maka nilainya mencapai 220 miliar dolar Amerika.
"Itu sama saja 20 kali nilai ekspor kita. Kalau Indonesia bisa jadi leader setidaknya kita bisa membawa kebaikan," tambahnya.
Alasan keempat, New York adalah tempat orang bersaing dan bertempur. Gilarsi mengatakan meski dikritik di New York, tapi kritikan bisa jadi masukan untuk bangun sebagai pemimpin mode Muslim dunia.