Sabtu 27 Jun 2015 10:39 WIB
Keuangan

Cerdas Mengatur THR

Tunjangan Hari Raya/THR (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Tunjangan Hari Raya/THR (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Bulan Syawal tinggal menghitung hari, belum selesai pengelolaan keuangan rumah tangga di bulan Ramadhan, muncul lagi masalah baru.  Biasanya, pola ini berulang dari tahun ke tahun.  Dan uniknya, walau sudah sering mengalaminya, banyak dari kita seperti terjebak dalam lorong waktu tanpa tahu harus ke mana.

Alangkah sayangnya, jika Momentum Perubahan Keuangan di tahun ini terlewatkan, seperti tahun-tahun sebelumnya.

Pola yang terjadi selama ini, biasanya uang THR (Tunjangan Hari Raya) pada beberapa orang, akan habis sebelum Lebaran di bulan Syawal menghampiri mereka.

Pada beberapa orang yang lain, dana THR habis ketika di hari ke-3 lebaran, dan umumnya, begitu pulang mudik (bagi yang mudik ke kampung halaman), kembali ke tempatnya bekerja, yang tersisa adalah utang yang menumpuk untuk segera minta dilunasi.

Pertanyaannya adalah, apakah Anda mau begitu terus setiap tahunnya?

Tentu tidak, tetapi biasanya, jawaban yang muncul, “Yah, mau bagaimana lagi, biasanya seperti itu.”

Ini yang saya sebut dengan Mental Pesimis, membenarkan hal-hal yang biasa, bukan sebaliknya, membiasakan hal-hal yang benar.

Mari kita mulai dari membiasakan hal-hal yang benar, yakni mau diapakan dana THR tersebut. Jika Anda orang yang berpikir jangka panjang, inilah saatnya untuk mulai merubah kebiasaan konsumtif menjadi produktif.  Esensi dari produktif adalah menghasilkan sesuatu yang masuk ke kantong Anda, dalam hal ini uang atau pertumbuhan aset.

Dengan berfikir jauh ke depan, katakanlah 10 tahun saja mulai dari sekarang, berarti Anda sudah menghasilkan untuk mempersiapkan dana THR yang akan tejadi 10 tahun lagi. Kenapa harus 10 tahun lagi? Karena setiap tahun, pola ‘menghabiskan’ dana THR untuk hal-hal yang bersifat konsumtif, hanya bisa di rubah dengan kebiasaan dan pola keuangan yang terencana.

Jika mudik adalah sebuah tradisi tahunan, mengapa tidak mengubahnya di hari raya Idul Adha alias Idul Qurban, atau bisa juga bulan Muharram sebagai pergantian tahun baru Islam. Jika mudik harus tiap tahun, kenapa juga tidak bisa mengagendakannya menjadi 2 atau 3 tahun sekali.

Membiasakan hal yang benar adalah mudik di pertengahan atau akhir bulan Sya’ban guna meminta maaf kepada orang tua dan sanak famili di kampung, yang otomatis, biayanya tentu lebih sedikit ketimbang pada peak season menjelang Lebaran.

Jikapun Anda harus berlebaran di kampung tercinta, alangkah baiknya seperti yang Rasulullah SAW lakukan ketika beliau masih muda, yakni dengan membawa barang-barang dari Makkah ke Syam, dan menjualnya di Syam.  Ketika Baginda Nabi SAW pulang, beliau membawa kembali barang-barang yang beliau beli di Syam untuk di jual kembali ke Makkah, tentunya dengan mendaftar, siapa saja yang akan membeli produk ‘kampung’ Anda.

Tinggal Anda switching, dari kota ke kampung dan sebaliknya dengan membawa barang yang diperlukan, baik di kota maupun di kampung.  Selain bisa memangkas ongkos perjalanan, akan muncul ide-ide baru dan peluang-peluang baru untuk meningkatkan penghasilan Anda.

Sekarang kita berbicara pengeluaran, apa saja pengeluaran yang terjadi ketika mendapatkan dana THR serta bagaimana mensiasatinya

Camkanlah satu hal, ketika Anda mendapatkan dana THR mohon SISIHKAN terlebih dahulu sebelum menghabiskannya.  Jadi buat sebuah mekanisme keuangan keluarga, ketika Anda mendapatkan dana lebih di luar kebiasaan Anda umumnya, maka persentasenya bisa 10 persen atau 30 persen Anda alokasikan untuk menabung dan investasi, sisanya barulah Anda peruntukkan buat kebutuhan yang lain.

Beberapa kebutuhan yang muncul pada waktu atau menjelang lebaran adalah :

1.    Kebutuhan bersifat Wajib

Jika di dalam negara, kita wajib bayar pajak, maka zakat atau sedeqah adalah sebuah kewajiban kita kepada Allah SWT, Sang Pemberi Rezeki.  Dalam konteks Ramadhan dan Lebaran, maka yang wajib adalah Zakat Fitrah atau Zakat untuk diri dalam sebuah keluarga.  Sementara Zakat Mall atau Zakat Harta, bisa ditunaikan di lain waktu ketika sudah mencapai Nishab-nya dalam jangka waktu satu tahun.

Jika di keluarga Anda ada Khodimat atau Pekerja Rumah Tangga dan Tukang Kebun, sudah menjadi aturan tidak tertulis bahwasanya mereka juga layak untuk mendapatkan dana THR dari Anda sebagai pemakaian jasa mereka.

2.    Kebutuhan bersifat tidak wajib

Jika perusahaan dikenal dengan istilah CSR (Corporate Social Responsibility), maka di keluarga dikenal dengan istilah FSR (Family Social Responsibility), yang bertujuan untuk memberikan sebuah kegembiraan, bahwasanya Anda telah lulus melewati ‘Training Ramadhan’ 1 bulan dan puncaknya adalah perayaan Iedul FIthri sebagai wujud rasa syukur kita sebagai bekal untuk mengarungi lautan 11 bulan ke depan hingga bulan Ramadhan menghampiri kita kembali.

Pos Mudik

Tidak ada salahnya jika mulai hari ini Anda mencari informasi tumpangan MUDIK GRATIS.  Mudik Gratis tidak selalu berkonotasi untuk yang tidak mampu, tetapi merupakan tangggung jawab perusahaan terhadap lingkungannya, yang kebetulan momennya  adalah hari lebaran.

Perusahaan-perusahaan besar selain menyediakan mudik gratis untuk karyawan mereka, juga mengajak masyarakat umum untuk ikut mudik. Bahkan biasanya selain di sediakan bus, mereka juga memberikan bingkisan yang tentunya cukup istimewa buat Anda yang akan pulang ke kampung halaman.

Tetapi tetap, sebagai Keluarga Terencana dalam hal keuangan, sebaiknya Anda menyiapkan dana transportasi dan makan selama dalam perjalanan.

Kolom ini diasuh oleh WealthFlow 19 Technology Inc.,Motivation, Financial & Business Advisory (Lembaga Motivasi dan Perencana Keuangan Independen berbasis Sosial-Spiritual Komunitas). Pertanyaan kirim ke email : [email protected]  SMS 0815 1999 4916.

twitter.com/h4r1soulputra
www.p3kcheckup.com

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement