REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Aktris Hollywood Angelina Jolie dalam kapasitasnya sebagai utusan PBB mengenai masalah pengungsi menyerukan diakhirinya kekerasan terhadap perempuan. Ketika berbicara dalam satu panel selama Pertemuan Puncak Ke-25 Uni Afrika (AU) di Johannesburg, Afrika Selatan, Angelina mengatakan kekerasan terhadap perempuan adalah masalah global. Tapi, perempuran Afrika paling menderita.
Lima juta orang telah kehilangan tempt tinggal akibat perang saat ini. Lebih separuh dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.
Di Afrika kekerasan seksual diperlakukan sebagai kejahatan kecil. "Kejahatan seksual terhadap perempuan menjadi senjata pilihan bagi kelompok bersenjata di seluruh dunia sebab perbuatan itu seringkali terjadi tanpa hukuman bagi pelakunya," kata dia, Jumat (12/6).
Menurut dia, kekebalan terhadap hukum membuat pelaku kejahatan terhadap perempuan di daerah konflik seolah bebas melakukan perbuatan semena-mena. Walaupun semakin banyak orang yang sadar mengenai hak asasi perempuan, namun kemajuannya berjalan lamban.
Ketua Komisi AU Nkosazana Dlamini-Zuma, yang juga tampil di podium, mengatakan perempuan mesti memainkan peran mereka dalam upaya mengakhiri konflik. Perempuan harus hadir di meja perundingan ketika semua negara berusaha menyelesaikan perang saudara. Suara perempuan, kata dia, harus didengar dan diperhitungkan dalam upaya mewujudkan perdamaian dan kestabilan. Pertemuan Puncak AU tahun ini, yang memiliki tema "Year of Women Empowerment and Development towards Africa's Agenda 2063, dimulai pada 7 Juni dan akan berakhir pada 15 Juni.