Rabu 22 Apr 2015 15:39 WIB

'Birdman', Karya Seni Tingkat Tinggi 'Pengangkang' Hollywood

Birdman: Or (The Unxpected Virtue of Ignorance
Birdman: Or (The Unxpected Virtue of Ignorance

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh John Tirayoh (Penggemar Film)

-- Birdman: Or (The Unxpected Virtue of Ignorance) adalah karya mutakhir dari sutradara Alejandro Gonzalez Inarritu. "Birdman" berhasil merengkuh tahta tertinggi Oscar 2015 dengan menyabet predikat film terbaik. Sayangnya, film yang tayang pada tahun 2014 ini baru bisa dinikmati di layar bioskop Indonesia pada April 2015 ini.

"Birdman" bercerita tentang Riggan (Michael Keaton), aktor yang kariernya mulai pudar di kancah Hollywood. Ia ingin terus eksis. Panggung Brodway lantas menjadi pilihan. Ia menjadi sutradara sekaligus aktor dalam pertunjukan Broadway.

Riggan harus memastikan pertunjukannya sukses, tidak menjadi cacian para kritikus yang dengan sebebasnya menggunakan subjektifitas dalam menilai karya. Ini benar-benar akan menjadi pertaruhan Riggan dalam kariernya sebagai aktor sekaligus seniman.

Dalam produksinya, Riggan melibatkan Jack (Zach Galifianakis) sebagai produser. Selanjutnya Lesley (Naomi Watts) dan Andrea Riseborough sebagai salah satu pemeran, Sam (Emma Watson) anak kandung Riggan yang menjadi asisten.

Serta tidak ketinggalan Mike (Edward Norton), sosok antagonis yang akhirnya terlibat dalam pertunjukan karena menggantikan satu aktor yang mengalami kecelakaan di set Broadway. Namun dari mereka semua cerita berjalan, naik-turun, kencang-pelan, keras-lembut laiknya atmosfer rollercoaster.

Hadir selama 119 menit, cerita di film ini mengalir dengan lugas. Benturan realita kehidupan dari masing-masing karakter disampaikan dengan menohok dan penuh makna.

Birdman dapat membuat penonton terhipnotis sejak frame pertama bergulir hingga menyusuri lorong-lorong Broadway sampai pada akhirnya ke menit-menit terakhir Riggan menunjukan perannya di panggung Broadway. Birdman hadir dengan "menonjok" tanpa basa-basi.

Di satu sisi, Birdman menghadirkan kehidupan belakang panggung Broadway yang begitu realistis dengan segala persoalannya. Selama ini mungkin kita hanya melihat bagaimana panggung Broadway mengundang decak kagum, namun tidak pernah kita tahu bagaimana kehidupan di belakangnya.

Birdman yang satir, sinis, penuh cacian, serta realita kehidupan yang nyata dirangkum apik lewat penggambaran imajinasi seni yang tinggi oleh Inarritu selaku sutradara sekaligus penulis skenario.

Film dengan gaya penyutradaraan yang penuh seni serta berbobot kadangkala tidak mampu memuaskan penggemar Hollywood. Namun Innaritu berhasil mematahkan hal tersebut.

Innaritu seolah ingin "mengangkangi" industri Hollywood, bahwa film yang digarap dengan pendekatan seni tinggi juga bisa diterima penonton dengan mudah, sekaligus memuaskan para kritikus yang "haus" akan karya seni tinggi.

Keberhasilan Innaritu menterjemahkan itu semua tidak lepas dari kepiawaian para pemeran yang ia tempatkan mengisi masing-masing karakter.

Keaton, Norton, Watts, dan Stone tampil brilian lewat perannya masing-masing. Semua aktor utama dalam Birdman berhasil memahami keinginan sang sutradara dalam menciptakan film ini.

Bagi saya, lewat Birdman kehebatan seni peran Keaton, Norton, Watts, serta Stone tampil begitu maksimal.

Secara keseluruhan, Birdman menjadi sebuah karya seni yang hadir lewat imajinasi liar sutradara. Di film ini Anda akan menikmati sebuah film yang digarap dengan cita rasa seni tinggi, tidak seperti film Hollywood kebanyakan yang mengandalkan aksi dan visual efek belaka.

Film ini juga seolah menjadi sindiran bagi industri Hollywood serta ragam hal di dalamnya.

Selamat menonton.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement