REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hidup memang seperti roda yang bergulir, kadang di atas, kadang di bawah. Begitu pula halnya dengan yang dirasakan oleh Kania, 34 tahun. Ibu dua anak ini harus menelan pil pahit karena perusahaan tempatnya bekerjanya gulung tikar.
Kania yang bekerja sebagai sekretaris direksi ini terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Namun ia mendapatkan pesangon plus uang penghargaan yang lumayan besar, lebih dari 20 kali gaji bulanan.
Kania bukannya tidak tergiur memakai uang pesangon untuk keperluan yang bersifat konsumtif tapi ia sadar bahwa uang pesangon bukanlah rezeki nomplok namun uang yang bertujuan membantu korban PHK bisa memenuhi kebutuhan hidup selama belum mendapat pekerjaan. Apalagi, kebutuhan keluarganya tidak bisa dipenuhi dengan hanya mengandalkan gaji Rio, sang suami.
Apa yang harus Anda lakukan dengan uang pesangon seandainya Anda berada dalam posisi Kania? Apakah langsung dijadikan modal untuk mendirikan usaha baru, diinvestasikan secara penuh, atau dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup sebelum mendapat pekerjaan baru? Dikutip dari www.parentsindonesia.com, begini langkah bijak menggunakan uang pesangon.
Tabungan atau deposito
Uang pesangon dalam bentuk tunai tampaknya aman, tapi sebenarnya berisiko. Jika tidak bisa mengaturnya, pesangon tunai akan lebih cepat habis tanpa disadari. Ahmad Gozali, perencana keuangan dari Safir Senduk dan Rekan menyarankan agar jangan pernah mengambil uang pesangon dalam bentuk uang tunai.
Sebaiknya uang pesangon langsung disimpan dalam bentuk tabungan atau deposito di bank. Tabungan dan deposito ini cocok bagi Anda yang konservatif dan ingin bermain “aman”, karena walaupun uang yang ditabung atau dideposito perkembangannya tidak akan terlalu signifikan jika dibandingkan dengan berinvestasi, tapi memang relatif lebih aman.
Sisihkan untuk investasi
Ini pilihan yang lebih dinamis dengan berbagai pilihan berupa reksadana, obligasi, saham, emas, sampai dengan properti. Anda bisa menyisihkan 50 persen dari uang pesangon untuk diinvestasikan. Sisanya 50 persen lagi dapat digunakan untuk kebutuhan hidup selama mencari kerja. Berikan waktu selama setahun untuk mencari kerja, jika dalam jangka waktu tersebut belum juga bekerja, ada baiknya Anda memertimbangkan untuk mendirikan usaha sendiri.
Jika bergantung sepenuhnya
Jika seseorang di-PHK mendekati usia pensiun, strategi terbaiknya adalah dengan memiliki sarana investasi yang bagus. Gozali menyarankan untuk menyisihkan alokasi dana untuk kebutuhan hidup selama enam bulan ke depan terlebih dulu. Setelah itu, investasikan uang ke instrumen investasi berisiko tinggi dan menengah. Return yang didapatkan dari investasi bisa digunakan untuk biaya hidup.
Jika tertarik menjadi pengusaha
Jika Anda ingin mendirikan usaha, bijaksanalah dengan kehidupan nantinya di masa depan. Sebelum menggunakan uang pesangon untuk modal, alokasikan sejumlah besar simpanan untuk kebutuhan hidup, dengan menyisihkan pengeluaran selama dua tahun terlebih dahulu. Mengapa menunggu dua tahun? Karena suatu usaha umumnya baru akan balik modal dalam jangka waktu ini.