Rabu 11 Mar 2015 08:03 WIB

Penjelasan Singkat Mengenai Hubungan Intim Saat Hamil

Wanita hamil/ilustrasi
Wanita hamil/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat Hamil, tubuh Anda berubah, dan hubungan intim juga akan berbeda. Semasa hamil, volume darah Anda meningkat sekitar 40 persen.

Hal itu akan membuat payudara Anda membesar dan meningkatkan sensitivitas di seluruh titik erotis Anda. Volume cairan pelumas di vagina Anda pun juga akan meningkat. Artinya, hubungan seksual akan menjadi lebih hebat!

Namun, tidak bisa dipungkiri, perubahan tubuh juga dapat menurunkan gairah seks. Sebanyak 58 persen wanita di Kanada, dalam sebuah survey, menyatakan bahwa keinginan mereka melakukan hubungan intim dengan pasangan menurun drastis. Para calon ayah juga bisa merasakan hal yang sama. Bukan hanya karena Anda terlihat dan 'terasa' berbeda, tapi karena sepanjang menemani Anda menjalani kehamilan, suami melihat dan merasakan gerakan janin. Dia takut menyakiti si calon bayi.

"Beberapa penyebab wanita enggan berhubungan seks saat hamil adalah rasa mual, nyeri di payudara yang semakin bertambah saat disentuh, sering buang air kecil, dan rasa cemas yang semakin bertambah menjelang persalinan," kata Dr. Roy Sianturi dari RS Global Medika Tangerang dikutip dari www.parentsindonesia.com. Satu hal yang perlu Anda ingat: Perubahan dorongan seks kebanyakan disebabkan oleh mental dan emosional, bukan karena alasan fisiologis.

Benarkah Seks Membahayakan Janin?

Inilah ketakutan terbesar pasangan suami-istri seputar seks saat hamil. Berbagai penelitian menyebutkan angka antara 50-80 persen calon ibu dan calon ayah mengkhawatirkan hal tersebut. Mari kita tegaskan masalah ini: Seks aman dilakukan saat hamil. Penis suami Anda tidak akan pernah bisa menyentuh janin karena janin tidak terletak di vagina. Dia terlindungi dengan aman di sebuah kubah yang tidak dapat disentuh, di dalam dinding uterus yang kuat, di belakang serviks dan dalam posisi nyaman berkat cairan ketuban. Oke. Sekali lagi, aman.

Namun kehamilan bukan waktu yang tepat untuk melakukan seks dengan sangat bertenaga karena dapat menyebabkan luka di vagina atau di leher rahim, meski bukan pada janin. "Yang penting suami-istri nyaman berhubungan seks, tidak ada kecemasan, tidak ada ketakutan. Jika istri merasa terpaksa, dia akan merasa sakit karena tidak ada produksi cairan pelumas. Bukan tidak mungkin terjadi robekan di salah satu bagian vagina yang menyebabkan perdarahan yang sulit berhenti, meskipun perdarahan itu tidak ada hubungannya dengan kehamilan," kata Dr. Bote.

Kapan Dokter Melarang Hubungan Seks?

Ketika ada ancaman keguguran pada kehamilan Anda, kemungkinan besar dokter akan menyarankan Anda untuk menghentikan aktivitas seksual dalam waktu tertentu. Ada situasi lain yang membuat dokter kandungan mungkin menyarankan Anda untuk tidak berhubungan seks. Misalnya jika Anda mengalami kelahiran prematur spontan pada kehamilan sebelumnya, dokter akan merekomendasikan Anda menghentikan aktivitas seks pada trimester kedua atau ketiga hingga kehamilan Anda berusia 37 minggu. Anda juga dilarang berhubungan seks jika pasangan memiliki penyakit menular seksual, Anda mengalami perdarahan, infeksi vagina, plasenta previa (plasenta menutup jalan lahir), dilatasi serviks, atau air ketuban pecah.

Bagaimanapun kondisi Anda, jangan malu membicarakan seks dengan dokter kandungan. Jika dokter menyarankan Anda untuk tidak berhubungan seks, perjelas maksud pernyataan tersebut: Apakah Anda dilarang melakukan intercourse atau dilarang orgasme? Dan ketika seks benar-benar tidak diizinkan oleh dokter kandungan karena bisa membahayakan Anda dan janin, bukan berarti Anda berhenti mengungkapkan kasih sayang kepada pasangan. Tidak ada yang akan melarang Anda melakukan pelukan hangat, ciuman penuh rasa sayang, pijatan, dan mengungkapkan kalimat-kalimat cin

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement