REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sutradara film Di Balik 98, Lukman Sardi mengaku tak menyiapkan apapun untuk menghadapi somasi dari aktivis 98. Sejak awal, ia mengaku tak ada berniat buruk terhadap film yang dibuatnya. Sehingga, ia tak khawatir bila ada pihak yang kontra dengan filmnya.
"Film ini tentang drama keluarga percintaan dengan latar belakang Mei 98. Data-datanya kita dapat dari buku yang sudah dipublish, seperti buka Pak Habibie, dari Fadli Zon, Sintong Panjaitan, semua ada datanya," katanya di Jakarta, Rabu, (7/1).
Hanya saja, Lukman tak memungkiri bila ada beberapa adegan yang merupakan bagian dari interpretasinya. Pasalnya, tak ada orang yang benar-benar tahu, bagaimana keadaan di balik pintu Istana Negara. Baginya, karya film merupakan interpretasi dari sutradara.
Meski begitu, ia tak setuju bila ada pihak yang menganggapnya melakukan pemelintiran sejarah. "Nonton dulu secara komplet baru bisa dilihat apakah ada pemilitiran sejarah," ujarnya. Ia menambahkan, Di Balik 98 bukanlah film sejarah atau pun politik, melainkan mengangkat sisi cinta serta kemanusiaan di balik peristiwa 98.
Sebagai aktor yang baru mulai menyutradarai film, Lukman menjelaskan, belum mempunyai kapasitas untuk membuat film sejarah atau politik. Ia mengatakan, bila ada pihak yang kurang berkenan dengan karyanya ini, maka bisa berdiskusi langsung lebih banyak.
Film berdurasi 107 menit tersebut rencananya bakal mulai tayang di seluruh bioskop di Indonesia pada 15 Januari mendatang. Film bercerita tentang mahasiswi Trisakti yang tetap ikut berdemo, kendati kakaknya yang bekerja di Istana Negara, serta kakak iparnya yang tentara sudah melarang.